KETUHAN
ANTARA DOQMA DAN REALITA SEJARAH
Hugh
Goddard, seorang pakar Barat menjelaskan dalam bukunya tentang kronologi
penetapan Yesus sebagai Tuhan. Pada abad ke-empat Masehi, dewan gereja dunia
membuat keputusan besar dengan menetapkan Yesus sebagai Tuhan. Penetapan Yesus
sebagai Tuhan ini ternyata menjadi polemik dan perpecahan dalam tubuh agama
Kristen. Sekte Arius dengan jelas menolak pandangan itu, mereka berpendapat
bahwa Kristus adalah makhluk dan lebih rendah dari Tuhan. (Hugh Goddard, Menepis
standar ganda, 72) Perbedaan pendapat tentang ketuhanan Yesus tidak
berhenti dengan keputusan konsili pertama itu, bahkan keputusan ini
mendatangkan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang dalam masalah teologi Kristen.
Hal ini bisa dilihat pada konsili kedua yang menjawab pandangan Apollinarius
dari Laodikea bahwa Yesus bukan manusia secara penuh. Dalam konsili itu
menetapkan bahwa Yesus manusia yang sempurna seperti manusia yang lain.
Keraguan orang Kristen akan ketuhanan Yesus terus berlanjut
dari zaman ke zaman. Sekarang perhatikan pendapat seorang pakar teologi Barat
modern Clayton Sullivan dalam bukunya Selamatkan Yesus dari Orang Kristen yang
menolak ketuhan Yesus. Ia mengatakan bahwa dengan rentangan khayalan yang
bagaimanapun, Yesus sama sekali tidak mengangkat dirinya ke status Tuhan. Ia
mengangkat beberapa ayat dalam Injil yang menegaskan bahwa Yesus telah menegaskan
bahwa dirinya bukan Tuhan.
Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya,
datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di
hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku
baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. Markus 10: 17-18
Jawaban Yesus yang menisbatkan
yang baik hanya milik Allah dan menolak penisbatan kata itu pada dirinya
menunjukkan bahwa ia bukan Tuhan sebagaimana anggapan umat Kristen. Selain ayat
di atas, salah satu ayat yang menegaskan bahwa Yesus seorang manusia dan tidak
mencapai derajat Tuhan adalah kisah penyalipan dimana ia mengeluh kepada
Tuhannya.
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring:
"Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa
Engkau meninggalkan Aku? Matius
27:46.
Ayat yang senada dengan hal ini adalah Markus 15:34.
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring:
"Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku,
mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Pendapat Arius maupun tokoh Kristen lainnya yang menolak
ketuhan Yesus ini sebenarnya sesuai dengan pengakuan Isa A.S bin Maryam a.s dalam
Al-Qur’an.
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra
Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku
sebagai dua Tuhan selain Allah?” (Isa) menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah
Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku
tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui
segala yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu,”
dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah
mereka. Maka setelah Engkau mengangkatku ke langit, Engkaulah yang mengawasi
mereka, dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa
mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau
mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Al-Maidah 116-118