Khutbah
Idul Adha 1435 H
Abu
Saifurrohman
Assalamualaikum.
Wr. Wb
ِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ
صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ
الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام
َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ
... فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ
صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar wa lillahi Ilham
Apa
hal yang lebih baik dan indah pada saat ini, selain kita memperbanyak takbir,
tahmid, tasbih dan tahlil sebagai wujud nyata kita menyampaikan berbagai pujian
dan terima kasih syukur kepada Allah Rabb pemilik alam semesta. Sholawat dan salam selalu,
selalu, dan selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat
beserta seluruh keluarga, pengikutnya
sampai hari kiamat. Saya wasiatkan kepada diri saya dan jamaah hadirin semua
sebagaimana nasehat yang disampaikan baginda nabi saw kepada sahabat Muad bin
Jabal:
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
”Bertakwalah dimana saja kalian berada, dan
tebuslah setiap keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu menutupi
keburukan”
Atau
nasehat Allah kepada para hambaNya yang beriman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa,
dan jangan kalian meninggal kecuali dalam keadaan pasrah atau sebagai orang
yang menerima Islam secara keseluruhannya”
Jamaah
sholat Idul Adha rakhimakumullah
Masih
basah dalam ingatan kita, kisah nyata yang telah ditulis para ahli sejarah,
dikisahkan berulang-ulang oleh para guru, disampaikan kepada umat sebagai
pembelajaran oleh para mubalig. Sebuah kisah kejadian yang tidak mungkin
dilakukan kecuali orang yang memiliki kesempurnaan keyakinan iman, ketulusan
keikhlasan dalam beramal, dan totalitas rasa pasrah tawakal kepada Allah SWT. Karena
bagaimana mungkin, orang yang ada setitik noda keraguan dalam hatinya mampu
meninggalkan anak dan istrinya tercinta disebuah tempat tanpa teman, tanaman
dan air. Allah SWT berfirman:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ
غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ
"Ya Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati.
" (QS. Ibrahim: 37)
Bagaimana
mungkin, seseorang yang dalam hatinya ada setitik ambisi dunia untuk
kepentingan diri sendiri, mampu menerima perintah penyembelihan putra yang
ditunggu-tunggu kedatangannya selama berpuluh-puluh tahun.
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي
إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ibrahim
berkata: 'Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya- Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar.' (QS. Shaffat: 102
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar wa lillahi Ilham
Kuatnya
keyakinan, murninya niat tujuan, tulusnya kesungguhan amal dalam rasa pasrah
tawakal kepada Allah adalah energy kuat yang akan selalu menggerakan setiap
orang mukmin untuk beramal diatas batas kewajaran umumnya orang. Bagaimana
tidak, ketika kita dilanda keraguan serta rasa sayang untuk mengeluarkan harta
membeli hewan kurban, maka sungguh pernah datang di bumi Madinah, 700 hewan
tunggangan yang penuh dengan muatan dagangan. Ummu mukminin Aisyah r.a bertanya
tentang keramaian itu, setelah mengetahui bahwa kafilah dagang Abdur Rohman bin
Auf datang dari Syam, maka beliau menyampaikan hadist yang sampai ke
Abdurrohman. Aisyah berkata, “Aku pernah mendengar Nabi Saw bersabda: “Aku
lihat Abdurrahman bin Auf memasuki surga dengan merangkak.” Ucapan Aisyah
sampai kepada Abdurrahman, lalu dia berkata, “Kalau bisa aku akan masuk surga
dengan melangkah (berjalan kaki).” Setelah itu, sahabat mulia ini menginfaqkan
semua hewan dan seluruh muatannya.
Apakah
rasa sayang kita berkorban karena masih ragunya kita akan adanya balasan amal.
Tidakkah kita takut menjadi bagian dari hamba Allah yang digambarkan dalam
surat Al-Lail ayat 8 – 9.
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ. وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ.
فَسَنُيَسِّرُهُ
لِلْعُسْرَىٰ
“dan adapun orang yang bakhil/pelit dan
merasa cukup tanpa ibadah kepada Allah dan mendustakan keberadaan Surga, maka
kami mudahkan ia untuk suatu keadaan yang sulit yaitu neraka”
Ataukah
kita masih merasa tenang, dengan sebutan sebagai muslim. Padahal Nabi Muhammad
saw telah mengancam orang yang diberi keleluasan harta tetapi tidak mau
berkorban supaya dia tidak datang ke masjid kaum muslimin.
مَنْ كَانَ لَهُ
سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barangsiapa
yang memiliki kelapangan (rizki) dan tidak berqurban, maka janganlah ia
mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah no. 3123. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Sebuah
larangan yang memiliki beberapa indikator, minimal larangan ini menempatkan
mereka yang enggan berkurban ditengah keluasan rizki yang diberikan Allah pada
posisi fasiq.
Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahi Ilham
Nabi
Ibrohim as, selain mendapat wahyu, beliau juga dikarunia kekuatan berhujah yang
kuat. Sehingga tidak ada argumentasi orang kafir kecuali akan jatuh dihadapan
beliau. Allah SWT menggambarkan perdebatan beliau dengan Raja Namrud dalam
surat Al-Baqarah 258
مْ تَرَ إلَى الَّذِي حاَجَّ إبْرَاهِيْمَ فِى رَبِّهِ
أنْ ءَاتاَهُ الله الْمُلْك إذْ قاَلَ إبْرَاهِيْمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيْتُ
قاَلَ أنَا أحْيِى وَأمِيْتُ قاَلَ إبْرَاهِيْمُ فَإِنَّ الله يَأْتِى بِالشَّمْسِ
مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهاَ مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ والله لاَ
يَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِيْن
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang
Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan
(kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan : Tuhanku ialah yang menghidupkan dan
mematikan, orang itu berkata : Saya dapat menghidupkan dan mematikan. Ibrahim
berkata : Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah
Dia dari barat, lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim
قاَلُوْا ءَأنْتَ فَعَلْتَ هذَا بِألِهَتِناَ يَاإبْرَاهِيْمُ
قاَلَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيْرُهُمْ هذَا فَاسْئَلُوْهُمْ إنْ كاَنُوْا يَنْطِقُوْنَ
فَرَجَعُوْا إلَى أنْفُسِهِمْ فَقَالُوْا إنَّكُمْ أنْتُمْ الظَّالِمُوْنَ ثُمَّ نُكِسُوْا
عَلَى رُءُوْسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ ماَهؤلاَءِ يَنْطِقُوْنَ
Mereka bertanya : Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini
terhadap tuhan-tuhan Kami, Hai Ibrahim ? Ibrahim menjawab : Sebenarnya patung
yang besar Itulah yang melakukannya, Maka Tanyakanlah kepada berhala itu, jika
mereka dapat berbicara. Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu
berkata : Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang Menganiaya (diri
sendiri). Kemudian kepala mereka Jadi tertunduk (lalu berkata) : Sesungguhnya
kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat
berbicara. [al anbiya’ : 62-65]
Logika
bagaimana Nabi Ibrohim as mengalah argumentasi orang-orang kafir ini juga turun
temurun ke generasi umat nabi Muhammad saw.
Umar bin Khothob di saat menggiring pencuri yang siap dipotong
tangannya, tiba-tiba sang pencuri berkata : Wahai Umar, kenapa engkau hendak
memotong tanganku ? Kenapa engkau menyalahkan diriku atas pencurian ini ?
Bukankah aku mencuri dengan sebab takdir Alloh ? Dengan mantap Umar menjawab :
Benar, engkau mencuri sudah ditakdirkan, sementara aku yang membawa golok ini
untuk memotong tanganmu juga sudah merupakan ketetapan takdir Alloh yang tak
terelakkan
Abu Hanifah (seorang ulama yang sering menjadikan logika sebagai
senjata lawan debatnya). Pada suatu hari seorang ateis datang mengajukan
argumen akan tidak adanya Alloh, sementara ia meminta Abu Hanifah untuk
menunjukkan bukti bahwa Alloh itu ada.
Abu Hanifah berkata : Apa pendapatmu jika ada sebuah kapal diberi muatan barang-barang. Kapal tersebut mengarungi samudera. Gelombangnya kecil dan anginnya tenang. Akan tetapi setelah kapal sampai di tengah samudera tiba-tiba terjadi badai besar. Anehnya kapal terus berlayar dengan tenang sehingga tiba di tujuan sesuai rencana tanpa guncangan dan berbelok arah, padahal tidak ada nahkoda yang mengemudikan dan mengendalikan jalannya kapal. Masuk akalkah cerita ini ? Si ateis berkata : Tidak mungkin ! Ini adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal bahkan oleh khayalan sekalipun. Abu Hanifah berkata : Subhaanalloh, engkau mengingkari adanya kapal yang berlayar sendiri tanpa pengemudi namun engkau meyakini bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan yang membentang, langit yang penuh dengan bintang serta burung yang beterbangan tanpa adanya pencipta Yang Maha Sempurna ? Sungguh celaka engkau, lantas apa yang menyebabkan engkau tetap ingkar kepada Alloh?
Abu Hanifah berkata : Apa pendapatmu jika ada sebuah kapal diberi muatan barang-barang. Kapal tersebut mengarungi samudera. Gelombangnya kecil dan anginnya tenang. Akan tetapi setelah kapal sampai di tengah samudera tiba-tiba terjadi badai besar. Anehnya kapal terus berlayar dengan tenang sehingga tiba di tujuan sesuai rencana tanpa guncangan dan berbelok arah, padahal tidak ada nahkoda yang mengemudikan dan mengendalikan jalannya kapal. Masuk akalkah cerita ini ? Si ateis berkata : Tidak mungkin ! Ini adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal bahkan oleh khayalan sekalipun. Abu Hanifah berkata : Subhaanalloh, engkau mengingkari adanya kapal yang berlayar sendiri tanpa pengemudi namun engkau meyakini bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan yang membentang, langit yang penuh dengan bintang serta burung yang beterbangan tanpa adanya pencipta Yang Maha Sempurna ? Sungguh celaka engkau, lantas apa yang menyebabkan engkau tetap ingkar kepada Alloh?
Di era modern, ada seorang ilmuan Malaysia yang bernama Prof.
Naquib Al Attas yang berdebat dengan seorang ateis. Dengan lantang, orang
berkata: kalau menurutmu Tuhan ada, suruh dia membunuhku sekarang. Dijawab
dengan tenang oleh Prof. Al Attas: jika Tuhan membunuh sekarangm berarti ia
bukan Tuhan, tetapi kacungmu. Tuhan telah menetapkan kapan dan dimana kamu mati
tanpa lamu minta, kamu akan mati.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar wa lillahi Ilham
Lembaran
pelajaran selanjutnya adalah setiap masalah pasti ada solusi jalan keluarnya.
Terkadang terdengar diberita, bagaimana kita diminta memaklumi para pekerja
seks komersial yang melakukan penjualan jasa karena tuntutan ekonomi. Dengan
berbagai tuntutan hidup yang dibuat sendiri, seorang psk mengeluarkan pendapat
dengan harapan masyarakat mau memaklumi pekerjaan mereka. Apalagi para tikus
berdasi yang mencuri harta benda yang bukan miliknya. bukan karena tuntutan
hidup melainkan tuntutan keinginan menambah rumah dari 3 rumah bertingkat yang
telah dimiliki, ingin menambah luas kebun dari ratusan hektar perkebunan yang
telah dimiliki, atau ingin menambah koleksi mobil mewah diantara puluhan mobil
yang telah dimiliki. Padahal Allah SWTtelah menjadikan disetiap masalah minimal
dua jalan keluar.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan
Kita
telah merasakan bagaimana beratnya Hajar mencari air ditengah padang pasir lari
dari satu bukit ke bukit yang lain selama 7 kali dengan membawa harapan, Allah
melihat keseriusannya dalam usaha, kemudian Dia memberi jalan keluar dan Maha
besar Allah yang memancarkan sumber mata air ditengah padang pasir yang tidak
habis diminum 2-3 juta jamaah haji, dan dibawa pulang kurang lebih 20 juta
liter.
Jamaah
sidang sholat idul adha rakhimakumullah
Memperbaiki
keyakinan, mempertebal prasangka baik, dan bersabar dalam usaha mencari jalan
keluar adalah kunci dasar menyelesaikan masalah, tentunya dengan pertolongan
Allah. Karena tanpa keyakinan dan prasangka baik kepada Allah, niscaya ia
enggan berapa di daerah berbatu tanpa tanaman, tanpa sabar serta usaha nyata
niscaya hajar akan berhenti di putaran ke-3 atau ke-empat. Dimana sejarah
zam-zam tidak akan tertulis.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar wa lillahi Ilham
Jamaah
sidang sholat iduladha rakhimakumullah, gambaran kehidupan keluarga Nabi
Ibrohim as, memberikan kita gambaran nyata bahwa Islam ini bukanlah sekedar
pengakuanm tetapi ia membutuhkan pembuktian amal nyata. Bahwa jannah tidaklah
angan-angan kosong tapi ia cita-cita yang butuh pengorbanan. Untuk itulah, Nabi
saw memberikan definisi orang yang cerdas adalah orang yang mendekatkan diri
kepada Allah dan menyiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian.
kita
harus berhenti sejenak untuk merenungkan dan mengevaluasi diri, betapa banyak
larangan yang kita langgar, betapa banyak perintah yang kita tinggalkan, betapa
banyak ancaman siksa neraka yang kita remehkan, dan betapa banyak janji balasan
kebaikan jannah yang kita sepelekan. Lewat ajaran Nabi Ibrahim, mari kita
menanam kebaikan, mengubur noda masa silam dan berusaha menutup lembar
kehidupan seperti cerita para ahli sholat yang meninggal disujud terakhir, para
ahli puasa yang meninggal menjelang berbuka, para ulama yang meninggal dalam
dekapan kitab, para pembela agama yang meninggal dalam keberanian. Kitab tutup
khutbah dengan do’a.
اللهم صَلِّ وَسَلِّم وَبارك على عبدِك و رسولِك نبينا محمدٍ
صلىالله عليه وسلم و على آله و صحبه اجمعين . . اللهم انَّا نسأ لُك باسمك الأعظم وكلمتك
التامات أن لا تَدَعْ لنا ذنباً الا غفرته ولا همًا الا فرجته ولا ديناً الا قضيته
, ولا حاجةً لك بها رضًا ولنا صلاحاً الا يسَّرتها و قضيتها . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ وقاضي الحاجات. رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا
رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ
قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ
لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عِصْمَةُ أمرنا و أصلِحْ لَنَا دُنْيَانا التي فيها معاشُنَا
و أصلح لنا آخرتنا التي اليهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الحياة زِيادةً لنا في كل خير
واجعل الموت راحةً لنا مِنْ كل شر , ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنةً وَ
قِنَا عذاب النار و الحمدلله رب العالمين ..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar