Selamat datang di blog membangun peradaban. silahkan tulis kritik dan saran

Pages

Selasa, 09 Desember 2014

AL-IKHLAS MENGHAPUS DEWA DAN ANAK TUHAN

Jauh sebelum Nabi Muhammad SAW lahir, dunia telah mengenal berbagai macam sesembahan selain Allah SAW yang semuanya batil. Di belahan dunia Barat, kita mengetahui tiga nama dewa besar yang diibadahi selain Allah. Orang-orang Yunani menyakini akan adanya dewa pengatur langit yang mereka kenal dengan nama dewa  Zeus, dewa Poseodon yang menguasai lautan, serta hades yang menguasai alam kematian. Selain tiga nama dewa besar ini orang-orang Yunani juga menyembah dewa matahari dan dewa-dewa yang lain.
Sedang di belahan dunia timur, bersumber pada keyakinan orang-orang hindu di India, manusia digiring kepada keyakinan bahwa bumi ini diciptakan oleh dewa brahma, dipelihara oleh dewa wisnu, dan dirusak oleh dewa siwa.
Sebuah keyakinan yang dibangun tanpa dasar keilmuan yang meyakinkan. Karena bagaimana mungkin, ada dewa yang hanya membuat tetapi tidak mampu menghalangi dari kerusakan dewa yang lain. Pemikiran kemustakhilan ini juga dialami oleh para pendeta hindu, sehingga pada abad 9 SM diputuskan bahwa ketiga dewa ini adalah satu dan satu itu adalah tiga. Konsep trinitas yang selalu menyisakan kebingungan. Selain ketiga dewa besar, orang-orang hindu juga menyembah dewa api, matahari, bumi dan yang lain sebagainya.
Keyakinan tentang dewa yang rumit itu berbanding lurus dengan pemahaman yang salah. Sebuah pemahaman sesat yang berkembang dan bertahan lama, bahkan sampai sekarang. Orang-orang hindu menyakini bahwa ada manusia yang terbuat dari mulut dewa. Mereka memiliki tingkatan tertinggi dalam kasta manusia, yang disebut kasta brahmana, mereka juga mempercayai ada manusia yang diciptakan dari tangan dewa, mereka bekerja sebagai raja, jendral perang, atau prajurit. Mereka adalah kasta ksatria, dan sebagian manusia juga dipercayai ada yang diciptakan dari paha dewa. Mereka hidup sebagai pedagang, petani dan bertugas mengumpulkan uang untuk melayani kedua kasta diatasnya. Orang-orang ini berada pada kasta waisya. Sedang jenis manusia terakhir adalah manusia yang diciptakan dari kaki dewa dan bertugas melayani ketiga kasta diatasnya dengan cara melakukan tugas-tugas yang dianggap menjijikan. Orang-orang seperti ini berada pada kasta sudra.
Belum lama ini, ada seorang professor keturunan Banglades yang sudah menjadi warga Negara Indonesia yang bernama Prof Karim. Pada tahun 2000 an, beliau mudik ke Negaranya untuk bertemu dengan keluarga beliau. Pada saat pulang kampung, beliau masih menemukan ada sebuah pendidikan hindu sore yang sebagian muridnya duduk dikursi dan sebagian yang lain duduk dilantai. Ketika yang duduk dikursi ditanya kenapa tidak duduk di lantai, mereka menjawab bahwa mereka merasa jijik duduk dengan orang-orang berkasta sudra, sedangkan ketika siswa yang duduk di lantai ditanya kenapa tidak duduk dikursi, mereka menjawab bahwa mereka takut dimarahi ibunya kalau duduk di kursi bersama siswa berkasta brahmana.
Bagaimana dengan Islam, Islam  telah menegaskan bahwa Allah Rabb semesta alam ini adalah Esa, Tunggal,  yang tidak ada yang menyamai-Nya dan Ia tidak membutuhkan teman baginya.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2)
“Katakan Nabi, (dengan penuh keyakinan dan keilmuan) Dia Allah Yang Esa. Allah tempat hamba menggantungan semua keinginan”
            Dengan keyakinan tentang Allah yang Esa, kita mengenal akan teori kesataraan yang benar. Dialah Allah, Rabb yang menjadikan manusia di muka bumi ini bersuku-suku dan tetapi tidak berkasta, berbangsa-bangsa tetapi Allah menegaskan bahwa  yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang yang paling bertakwa, bukan orang dari keturunan bangsa atau suku tertentu. Allah SWT berfirman dalam surat Al Hujarat ayat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ } [الحجرات:13]
“Wahai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa
Selain keyakinan akan adanya Tuhan yang berjumlah tiga, berkembang diluar Islam dan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW diutus kemuka bumi, bahwa Tuhan memiliki keturunan yang kemudian orang tersebut dituhankan juga. Sekitar 5 abad sebelum masehi, seorang pangeran yang bernama Shidrata Gautama, pada umur 26 tahun, dia meninggalkan istana dan mulai menyendiri ditempat yang jauh dari keramaian orang. Setelah itu, ia mulai mengajak manusia supaya meninggalkan tuntutan hawa nafsu, menyuruh berbuat baik, melarang memakan makhluk bernyawa dan lain sebagainya. Tetapi apa yang terjadi setelah dia meninggal, para pengikutnya mengatakan bahwa ia ruh Tuhan yang menyatu pada perawan Maya. Para pengikutnya menyakini bahwa ia adalah anak Tuhan dan dituhankan dengan sebutan Budha.
Dalam agama Hindu, ada keyakinan yang beredar ditengah pemeluknya bahwa dewa telah menyatu pada diri seorang anak yang bernama Krisna, maka ia adalah manusia yang merupakan jelmaan Tuhan yang di sembah. Dalam agama Kristen juga tumbuh kepercayaan dan keyakinan bahwa Allah telah menjadikan anak yang bernama Yesus, sedangkan dalam yahudi, mereka berkata bahwa uyair adalah anak Allah. Maha suci Allah dari gambaran-gambaran batil ini. Keyakinan ini tumbuh subur dibumi, bagaimana tidak, agama Kristen yang meyakini bahwa Allah telah menitis pada diri Yesus dan mengorbankan diri untuk tebusan dosa umatnya ini memiliki wilayah yang membentang dari daratan Eropa dan meluas sampai sebagian benua asia dan afrika. Keyakinan bahwa tuhan menjelma menjadi manusia yang Krisna dalam agama Hindu, Sidrata dalam agama Budha, dan uzair dalam agama Yahudi juga menyebar hambir seluruh daratan Asia. Maka ketika Nabi Muhammad saw mendakwah agama Islam, datang kepada beliau orang-orang musrik Kristen, Yahudi dan penyembah berhala yang bertanya tentang nasab Allah swt. Maka Allah menurunkan surat Al-khlas yang menjawab semua pertanyaan dan menghapus semua bentuk kepercayaan yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak. Allah SWT berfirman
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
Inilah Islam, sebuah keyakinan dan undang-undang, pemerintahan dan rakyat, Agama dan Sosial yang dibangun diatas keyakinan yang benar dan membawa keadilan.

Daftar Pustaka
Al-Qur'an
Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, Al-I'tishom
Tafsir Ibnu Katsir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Tinggi Bahasa Arab

Kegiatan Dakwah Masjid Zakaria

Info UMS