Jauh sebelum
Nabi Muhammad SAW lahir, dunia telah mengenal berbagai macam sesembahan selain
Allah SAW yang semuanya batil. Di belahan dunia Barat, kita mengetahui tiga nama
dewa besar yang diibadahi selain Allah. Orang-orang Yunani menyakini akan adanya
dewa pengatur langit yang mereka kenal dengan nama dewa Zeus, dewa Poseodon yang menguasai lautan,
serta hades yang menguasai alam kematian. Selain tiga nama dewa besar ini orang-orang
Yunani juga menyembah dewa matahari dan dewa-dewa yang lain.
Sedang di
belahan dunia timur, bersumber pada keyakinan orang-orang hindu di India,
manusia digiring kepada keyakinan bahwa bumi ini diciptakan oleh dewa brahma,
dipelihara oleh dewa wisnu, dan dirusak oleh dewa siwa.
Sebuah keyakinan yang
dibangun tanpa dasar keilmuan yang meyakinkan. Karena bagaimana mungkin, ada
dewa yang hanya membuat tetapi tidak mampu menghalangi dari kerusakan dewa yang
lain. Pemikiran kemustakhilan ini juga dialami oleh para pendeta hindu,
sehingga pada abad 9 SM diputuskan bahwa ketiga dewa ini adalah satu dan satu
itu adalah tiga. Konsep trinitas yang selalu menyisakan kebingungan. Selain
ketiga dewa besar, orang-orang hindu juga menyembah dewa api, matahari, bumi
dan yang lain sebagainya.
Keyakinan
tentang dewa yang rumit itu berbanding lurus dengan pemahaman yang salah. Sebuah
pemahaman sesat yang berkembang dan bertahan lama, bahkan sampai sekarang.
Orang-orang hindu menyakini bahwa ada manusia yang terbuat dari mulut dewa.
Mereka memiliki tingkatan tertinggi dalam kasta manusia, yang disebut kasta
brahmana, mereka juga mempercayai ada manusia yang diciptakan dari tangan dewa,
mereka bekerja sebagai raja, jendral perang, atau prajurit. Mereka adalah kasta
ksatria, dan sebagian manusia juga dipercayai ada yang diciptakan dari paha
dewa. Mereka hidup sebagai pedagang, petani dan bertugas mengumpulkan uang
untuk melayani kedua kasta diatasnya. Orang-orang ini berada pada kasta waisya.
Sedang jenis manusia terakhir adalah manusia yang diciptakan dari kaki dewa dan
bertugas melayani ketiga kasta diatasnya dengan cara melakukan tugas-tugas yang
dianggap menjijikan. Orang-orang seperti ini berada pada kasta sudra.
Belum lama ini,
ada seorang professor keturunan Banglades yang sudah menjadi warga Negara
Indonesia yang bernama Prof Karim. Pada tahun 2000 an, beliau mudik ke
Negaranya untuk bertemu dengan keluarga beliau. Pada saat pulang kampung, beliau
masih menemukan ada sebuah pendidikan hindu sore yang sebagian muridnya duduk
dikursi dan sebagian yang lain duduk dilantai. Ketika yang duduk dikursi ditanya
kenapa tidak duduk di lantai, mereka menjawab bahwa mereka merasa jijik duduk
dengan orang-orang berkasta sudra, sedangkan ketika siswa yang duduk di lantai
ditanya kenapa tidak duduk dikursi, mereka menjawab bahwa mereka takut dimarahi
ibunya kalau duduk di kursi bersama siswa berkasta brahmana.
Bagaimana dengan
Islam, Islam telah menegaskan bahwa
Allah Rabb semesta alam ini adalah Esa, Tunggal, yang tidak ada yang menyamai-Nya dan Ia tidak
membutuhkan teman baginya.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2)
“Katakan Nabi, (dengan penuh keyakinan dan keilmuan) Dia Allah Yang
Esa. Allah tempat hamba menggantungan semua keinginan”
Dengan keyakinan tentang Allah yang Esa, kita mengenal
akan teori kesataraan yang benar. Dialah Allah, Rabb yang menjadikan manusia di
muka bumi ini bersuku-suku dan tetapi tidak berkasta, berbangsa-bangsa tetapi
Allah menegaskan bahwa yang paling mulia
disisi Allah adalah orang yang yang paling bertakwa, bukan orang dari keturunan
bangsa atau suku tertentu. Allah SWT berfirman dalam surat Al Hujarat ayat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ } [الحجرات:13]
“Wahai
manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
diantara kalian disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa
Selain
keyakinan akan adanya Tuhan yang berjumlah tiga, berkembang diluar Islam dan
jauh sebelum Nabi Muhammad SAW diutus kemuka bumi, bahwa Tuhan memiliki
keturunan yang kemudian orang tersebut dituhankan juga. Sekitar 5 abad sebelum
masehi, seorang pangeran yang bernama Shidrata Gautama, pada umur 26 tahun, dia
meninggalkan istana dan mulai menyendiri ditempat yang jauh dari keramaian
orang. Setelah itu, ia mulai mengajak manusia supaya meninggalkan tuntutan hawa
nafsu, menyuruh berbuat baik, melarang memakan makhluk bernyawa dan lain
sebagainya. Tetapi apa yang terjadi setelah dia meninggal, para pengikutnya
mengatakan bahwa ia ruh Tuhan yang menyatu pada perawan Maya. Para pengikutnya
menyakini bahwa ia adalah anak Tuhan dan dituhankan dengan sebutan Budha.
Dalam agama
Hindu, ada keyakinan yang beredar ditengah pemeluknya bahwa dewa telah menyatu
pada diri seorang anak yang bernama Krisna, maka ia adalah manusia yang
merupakan jelmaan Tuhan yang di sembah. Dalam agama Kristen juga tumbuh
kepercayaan dan keyakinan bahwa Allah telah menjadikan anak yang bernama Yesus,
sedangkan dalam yahudi, mereka berkata bahwa uyair adalah anak Allah. Maha suci
Allah dari gambaran-gambaran batil ini. Keyakinan ini tumbuh subur dibumi,
bagaimana tidak, agama Kristen yang meyakini bahwa Allah telah menitis pada
diri Yesus dan mengorbankan diri untuk tebusan dosa umatnya ini memiliki wilayah
yang membentang dari daratan Eropa dan meluas sampai sebagian benua asia dan afrika.
Keyakinan bahwa tuhan menjelma menjadi manusia yang Krisna dalam agama Hindu,
Sidrata dalam agama Budha, dan uzair dalam agama Yahudi juga menyebar hambir
seluruh daratan Asia. Maka ketika Nabi Muhammad saw mendakwah agama Islam,
datang kepada beliau orang-orang musrik Kristen, Yahudi dan penyembah berhala yang
bertanya tentang nasab Allah swt. Maka Allah menurunkan surat Al-khlas yang
menjawab semua pertanyaan dan menghapus semua bentuk kepercayaan yang
mengatakan bahwa Allah memiliki anak. Allah SWT berfirman
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ
وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
Inilah Islam,
sebuah keyakinan dan undang-undang, pemerintahan dan rakyat, Agama dan Sosial
yang dibangun diatas keyakinan yang benar dan membawa keadilan.
Daftar Pustaka
Al-Qur'an
Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, Al-I'tishom
Tafsir Ibnu Katsir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar