oleh, Warsito
Pendahuluan
Peradaban
Islam yang berlangsung sejak masa pemerintahan Rasulullah SAW di Madinah (abad
ke-7 M) yang dilanjutkan oleh kaum muslimin sampai masa Kekhilafahan Bani
Utsmani di Istanbul (abad ke-19 M) telah menorehkan serangkaian kejayaan dalam
berbagai bidang. Perkembangan kemajuan Islam tersebut memang diwarnai dengan
beberapa konflik antar penguasa yang tidak jarang disertai dengan pertumpahan
darah. Meskipun demikian, para penguasa Islam umumnya menaruh perhatian besar
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di wilayah kekuasaannya. Faktor
perhatian dari penguasa inilah yang membuat peradaban Islam menjadi berkembang
dengan pesat, disamping faktor pemikiran Islam yang mendukung dan memotivasi
kaum muslim untuk senantiasa melakukan penelitian dan pengembangan ilmu.
Peninggalan
pemikiran hasil pengembangan ilmu yang dilakukan oleh kaum muslim tertuang
dalam bentuk buku, karya sastra maupun artefak. Jika kita mau merujuk kepada
pemikiran dan penulisan, kita akan melihat bahwa peradaban islam telah mencapai
tingkatan yang tidak bisa dijangkau oleh barat kecuali pada periode terakhir
ini. Untuk mempelajari peradaban dan berbagai tren yang ada di masa tersebut,
maka perlu disertai dengan membahas tentang situasi negara tersebut. Damaskus
telah mencapai puncak kejayaannya sewaktu kota
tersebut dijadikan ibukota negara oleh Muawiyah, mempunyai karya nyata berupa:
Masjid Agung Umayyah, dll. Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973 M,
seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu'izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir.
Sejak saat itu, Kairo mencapai kejayaan sebagai pusat pemerintahan Dinasti
Fatimiyah. Kota Baghdad mengalami masa keemasan sebagai pusat kebudayaan dan
perdagangan dunia Islam. Begitu pula ketika khalifah dipegang oleh Al Ma'mun,
seni literatur, teologi, filosofi, matematika, dan ilmu pengetahuan. Kemajuan
peradaban diikuti oleh berbagai pusat negara seperti Sarai baru, Tabriz dan Cordova.
Makalah
ini membahas perkembangan kejayaan peradaban Islam yang difokuskan pada
beberapa kota
yang menjadi pusat perkembangan Islam pada masa kejayaannya. Beberapa kota tersebut adalah Damaskus, Baghdad,
Kairo, Cordova, Tabriz, Sarai Baru dan Delhi. Kejayaan yang
dibahas adalah seputar apa saja bentuk-bentuk karya yang dihasilkan di kota tersebut dalam berbagai bidang, seperti pemerintahan,
tata kota dan
arsitektur dan penemuan ilmu pengetahuan.
Lahirnya Tradisi Keilmuan dalam
Islam
Kemajuan Peradaban Islam di
Berbagai Kota
1.
Damaskus
Mu’awiyah
ibn Abi Sufyan (606-681 M) adalah pendiri Bani Umayyah (661-750 M) dan menjabat
sebagai khalifah pertama (661-681 M) dari bani ini. Sejak pemerintahan Islam
dipimpin oleh Mu’awiyyah, ibukota kekhilafahan dipindahkan dari Madinah
Al-Munawwarah ke kota
Damaskus di wilayah Suriah. Mu’awiyah lahir empat tahun menjelang Nabi Muhammad
menjalankan dakwah di kota
Mekah pada tahun 610 M.
Damaskus
atau Damsyik adalah ibukota Syiria
(penduduk 408.774) yang terletak di bagian Syiria (Suriah) Selatan, di tepi
Sungai Barada. Kota ini sudah terkenal sejak
zaman kuno dan berturut-turut sempat dikuasai oleh bangsa Assyria dan bangsa Persia. Tahun
332 SM kota ini
ditaklukkan Iskandar Dzulkarnain. Setelah Iskandar Dzulkarnain meninggal, kota ini diperebutkan oleh bangsa Armenia. Pada
tahun 64 SM diserahkan kepada Bangsa Romawi, di bawah kekuasaan Pompejus dan
menjadi salah satu kota Decapolis.
Di
bawah pemerintahan khalifah-khalifah
Bani Umayyah, Damaskus tumbuh makmur dan terkenal dengan barang-barang logam
halus (yang paling istimewa adalah pedang). Tahun 1260M, Damaskus jatuh ke
tangan Mongol di bawah pemerintahan Hulagu Khan, dikuasai Timur Lang pada abad
ke-14 dan pada tahun 1516-1918M berada dibawah pemerintahan Turki Utsmani. Pada
tahun 1918 M kota ini direbut Inggris, kemudian dimasukkan dalam mandat Perancis
pada tahun 1920-1941 M dan sekarang menjadi ibu kota Syria.
Bidang Pemerintahan
Sebelum
tahun 1860 M kalangan bangsawan Damaskus pada umumnya adalah ulama ”keturunan
ulama” besar abad ke-18 M yang menduduki beberapa jabatan seperti mufti dan
khatib. Mereka mengelola kekayaan wakaf dan mendapat dukungan yang besar dari
kalangan pedagang, pengrajin, jennisari, dan mereka mengelola beberapa wilayah
perkotaan.
Pada masa
Khulafa’ur Rasyidin, belum ada lambing negara yang ditetapkan secara resmi.
Pada masa Umayyah, ditetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya. Lambang
itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
Pada masa ini juga, dilakukan
pendirian dana pos dengan menyediakan kuda dengan peralatannya disepanjang
jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata, pencetakan mata uang,
dan pemunculan profesi qodhi yang dilembagakan secara resmi pada masa Mu'awiyah
bin abi Sufyan. Bahasa Arab dijadikan bahasa resmi pada masa Abdul Malik bin
Marwan. Pada masa Umar bin Abdul Aziz pajak di peringan, kedudukan mawali, atau
orang Islam bukan Arab, disamakan kedudukannya dengan orang Arab. Umar bin
Abdul Aziz juga menjalin hubungan kembali dengan golongan Syiah, serta memberi
kebebasan kepada pemeluk agama lain untuk menjalankan ibadahnya.
Bidang Tatakota dan Arsitektur
Arsitektur
semacam seni yang permanent pada tahun 691M, Khalifah Abd Al-Malik membangun
sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan “The Dame
Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).
Perkembangan
wilayah yang sedemikian luasnya dan perkembangan kemakmuran yang sedemikian
pesatnya berakibat pada munculnya bangunan-bangunan keagamaan dan kenegaraan.
Pada mulanya menurut seni bangunan Girik dan Bizantium. Tetapi seni ukir dan
seni hias lambat laun memperoleh corak seni yang pada masa belakangan dikenal
dengan Arabesque, yakni seni Arab. Hal itu dapat disaksikan pada Jami-Al-Umawi
di Damaskus yang dibangun oleh Khalif Walid I (705-715 M). Pembangunan panti
untuk orang cacat, jalan raya, pabrik, masjid, dan gedung-gedung pemerintah
dilakukan pada masa Al-Walid bin Abdul Malik.
2.
Baghdad
Baghdad ketika dibangun adalah termasuk salah satu
keajaiban dunia yang tiada taranya di zaman dahulu. Sebelum dibangun oleh
al-Mansur, khalifah Abbasiah yang terkenal, Baghdad adalah daerah yang sempit dan kecil.
Di setiap penghujung tahun para pedagang dari daerah-daerah tetangga berkumpul
di situ. Ketika al-Mansur bertekad bulat membangunnya, ia lalu mendatangkan
insinyur-insinyur teknik, para arsitek dan pakar-pakar ilmu ukur. Kemudian ia
melakukan sendiri peletakan batu pertama dalam pembangunan itu seraya berkata,
"Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah dan seluruh bumi milik
Allah. Yang diwariskan kepada orang-orang yang dikehendakiNya dari kalangan
hamba-hambaNya, dan akibat yang baik diperuntukkan bagi orang-orang yang
taqwa." Selanjutnya ia berkata lagi, bangunlah kota ini atas berkah Allah. Seluruh biaya
yang dibelanjakan untuk membangun Baghdad
mencapai 4.800.000 dirham, sedang jumlah pekerja yang bekerja di situ mencapai
100.000 orang.
Bidang
Pemerintahan
Jika seseorang merasa kesempitan tempat tinggal, ia bisa mendapatkannya
yang lebih lagi. Jika ia melihat sebuah tempat yang lebih disenangi daripada
tempatnya semula maka ia tidak kesulitan untuk pindah ke sana dari sisi manapun yang dikehendakinya
dan dari penjuru manapun yang meringankannya. Bilamana seseorang ingin
menyelamatkan diri dari musuhnya maka pasti ia menjumpai orang yang akan
melindunginya, jauh atau dekat. Jika ia kemudian mau mengganti sebuah rumah
dengan rumah yang lain atau sebuah lorong yang lain atau sebuah jalan raya
dengan jalan raya yang lain maka ia dapat dengan mudah melakukannya sesuai
dengan keadaan dan waktu. Lebih dari itu, para pedagang yang sukses,
sultan-sultan yang agung dan para penghuni terhormat di rumah-rumah selalu
menebarkan kebaikan dan kemanfaatkan kepada orang-orang yang kondisinya di
bawah mereka.
Bidang
Tatakota dan Arsitektur
Baghdad mempunyai tiga lapis tembok besar dn kecil mencapai 6.000 buah
di bagian timur dan 4.000 buah di bagian barat, Selain sungai Dajlah dan Furat,
di situ juga terdapat 11 sungai cabang yang airnya mengalir ke seluruh
rumah-rumah dan istana-istana Baghdad. Di sungai Dijlah sendiri terdapat 30.000
jembatan. Tempat mandinya mencapai 60.000 buah, dan di akhir masa pemerintahan
Bani Abbasiyyah jumlah ini berkurang menjadi hanya beberapa puluh ribu buah.
Masjid-masjid mencapai 300.000 buah. Abu Bakar al-Khatib berkata, "Belum
pernah bagi Baghdad ada bandingannya di dunia ini dalam hal keagungan
martabatnya, kebesaran pengaruhnya, banyak ulama dan cendekiawannya,
pengistimewaan kaum intelektual dan kaum awamnya, keluasan wilayah dan
batas-batasnya, banyaknya tempat tinggal dan rumah, jalan dan pintu gerbang, pasar-pasar
dan tempat pertemuan, lorong-lorong dan jalan raya, masjid-majid dan tempat
pemandian, hotel-hotel, dan tempat penginapannya, juga kenyamanan udaranya,
kesegaran airnya, kesejukan tempat pernaungannya, keseimbangan musim panas dan
musim dinginnya, kesempurnaan musim semi dan musim rontoknya, pertumbuhan yang
terbatas dari jumlah penduduknya."kebesaran Baghdad di masa pemerintahan al-Muqtadir
Billah. Sejauh mana batas yang dicapai oleh keagungan khalifah pada zamannya
ketika dikunjungi utusan raja Romawi.
Darul Khilafah (Istana
kekhalifahan) luasnya melebihi sebuah kota
besar dari kota-kota Suriah sekarang. Di dalamnya terdapat 11.000 orang pelayan
yang terhitung dan ribuan lainnya yang tak terhitung . Setiap kelompok pelayan
ysng bergilir menjaga dan membersihkan kamar terdiri dari 4000 orang. Tatkala
utusan raja Romawi datang ke sana,
ia di tempatkan di gedung tamu. Para serdadu
yang berjumlah 160.000 penunggang kuda dan pejalan kaki berbaris dari gedung
tamu ke istana khalifah. Sang utusan raja berjalan di tengah-tengah barisan
hingga sampai di istana. Ia lalu memberi salam kepada khalifah. Khalifah
memrintahkan agar utusan itu dibawa berkeliling melihat-lihat Darul Khalifah
yang saat itu telah di kosongi, di dalamnya hanya tinggal 7000 pelayan, 700
penjaga pintu, dan 4000 budak kulit hitam. lemari-lemari dibuka,
senjata-senjata dan peralatan perang tersusun rapi di dalamnya, seperti
layaknya peralatan pengantin.
Ketika utusan raja Romawi memasuki istana pohon, serta merta ia tercengang
melihat sebuah pohon yang terbuat dari perak yang beratnya 500.000 dirham yang
memiliki delapan belas cabang dan setiap cabang memiliki ranting-ranting kecil
yang dihinggapi burung-burung dari semua jenis, besar dan kecil yang itu
terbuat dari emas dan perak. Kebanyakan ranting-ranting pohon itu terbuat dari
perak. Kebanyakan ranting-ranting pohon itu terbuat dari perak dan sebagian
dari emas. Di saat-saat tertentu ranting-ranting itu bergoyang-goyang.
Daun-daunnya yang beraneka warna bergerak-gerak seperti layaknya daun-daun
pohon yang di terpa angin. Setiap burung perak dan emas bersiul dan berkicau.
Utusan itu kemudian diantarkan masuk ke istana yang dikenal dengan nama
al-Firdaus. Di situ terdapat alat-alat persenjataan yang tak terhitung jumlahnya.
Kemudian utusan itu beralih dari satu istana ke istana yang lain, khusus Darul
Khilafah saja sehingga seluruh istana yang dikelilinginya sampai kembali lagi
ke majelis al-Muqtadir Billah setelah istirahat tujuh kali mencapai 33 buah. Para sejarawan menyebutkan bahwa jumlah permadani yang
dihamparkan di Darul Khilafah untuk menyambut kunjungan utusan raja Romawi
sebanyak 22.000 buah, selain yang terhampar di majelis-majelis dan
gedung-gedung yang lain. Di istana-istana Darul Khilafah digantungkan 38.000
buah tirai sutera emas.
Salah satu istana yang dikunjungi utusan raja Romawi di Darul Khilafah
adalah Istana Binatang yang dipenuhi dengan berbagai jenis binatang jinak dan
liar. Di situ ada istana gajah yang berisikan empat ekor gajah yang masing-masing
ditangani oleh delapan orang India.
Juga ada istana binatang buas yang berisikan seratus ekor binatang buas, lima puluh ekor di sebelah kanan dan lima puluh ekor lagi di sebelah kiri. Kepala
dan leher binatang-binatang ini dikalungi rantai dan besi, dan masing-masing
ditangani oleh pawang-pawangnya. Maka tidak aneh apabila utusan raja Romawi itu
selalu dicekam rasa takjub dan tercengang ketika menyaksikan keagungan Darul Khilafah karena
memang di dunia pada saat itu tidak ada sebuah istana pun yang menyamai istana
yang dilihatnya itu.
Bidang
Ilmu Pengetahuan
Penduduk Baghdad dan kebanyakkan ulama, sastrawan dan filsuf sudah tak
terhitung lagi jumlahnya.
Abu Bakar al Khatib dalam menggambarkan Baghdad
mengatakan: “...sampai kita lalai menyebutkan banyak hal dari kebaikan-kebaikan
yang dikhususkan Allah bagi Baghdad
di hadapan seluruh dunia, Timur dan Barat. Di antara kebaikan-kebaikan tersebut
ialah akhlak-akhlak mulia, perangi-perangi menyenangkan, air-air tawar yang
melimpah, buah-buah yang banyak dan segar, keadaan-keadaan yang indah,
kecakapan dalam setiap pekerjaan dan penghimpunan bagi setiap kebutuhan,
keamanan dari munculnya bid`ah, kegembiraan terhadap banyak ulama dan penuntut
ilmu, ahli fiqh dan orang yang belajar fiqh, tokoh-tokoh ilmu kalam,
pakar-pakar ilmu hitung dan ilmu nahwu, penyair-penyair piawai, perawi-perawi
khabar, nasab dan seni sastra, berkumpulnya buah-buahan berbagai musim di satu
musim yang hal itu tak pernah ada di negeri manapun di dunia ini kecuali di
Baghdad (terutama pada musim gugur).
Pada masa al-Ma’mun ilmu pengetahuan dan
kegiatan intelektual mencapai puncaknya. Ia
mendirikan Bait al-Hikmah yang
menjadi pusat kegiatanilmiah terutama ilmu pengetahuan nenek moyang
eropa(yunani).pada masa itu banyak karya-karya Yunani diterjemahkan ke dalam
bahasa arab. Selanjutnya model inidi kembangkan di dar el-Hikmah, Kairo,
kemudian diterima kembali barat melalui
Cordova (Qasar al-Zahra), dan kota-kota lain di Andalusia.
3.
Kairo
Kairo yang terletak di delta Sungai Nil
telah didiami manusia Mesir Kuno sejak tahun 3500 SM. Mesir Kuno sempat
mencapai kemakmuran di bawah penguasa Zoser, Khufu, Khafre, Menaure, Unas dan
lainnya. Di masa itu, ibukota Mesir Kuno itu sudah menjadi salah satu kota yang berpengaruh di
dunia. Sejak 30 SM, Mesir dikuasai bangsa Romawi. Kekuasaan Romawi di Mesir
akhirnya tumbang ketika Islam menjejakkan pengaruhnya pada tahun 641 M. Adalah
pasukan di bawah komando jenderal perang Muslim, Amar bin Al-Ash yang pertama
kali menancapkan pengaruh Islam di Mesir. Saat itu, Amar bin Al-Ash justru
menjadikan Fustat - kini bagian kota
Kairo - sebagai pusat pemerintahannya.
Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada
tahun 973 M, seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu'izz Lidinillah dari Qairawan
ke Mesir. Kota Kairo
tumbuh pesat setelah pada tahun 973, seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu'izz
Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Sejak saat itu, Kairo mencapai kejayaan
sebagai pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Dinasti itu menorehkan
kegemilangan selama 200 tahun. Di masa itu, Mesir menjadi pusat kekuasaan yang
mencakup Afrika Utara, Sisilia, pesisir Laut Merah Afrika, Palestina, Suriah,
Yaman, dan Hijaz. Kairo tumbuh dan berkembang sebagai pusat perdagangan luas di
Laut Tengah dan Samudera Hindia. Kairo pun menggabungkan Fustat sebagai bagian
dari wilayah administratifnya. Tak heran, jika Kairo tumbuh semakin pesat
sebagai salah satu metropolis modern yang diperhitungkan dan berpengaruh.
Bidang Pemerintahan
Berdirinya Kairo sebagai ibukota dan
pusat pemerintahan diawali gerakan penumpasan golongan Syiah yang dilancarkan
penguasa Abbasiyah di Baghdad. Kongsi yang dibangun golongan Syiah dengan Bani
Abbas untuk menjatuhkan Bani Umayyah akhirnya pecah. Penguasa Abbasiyah mencoba
meredam perlawanan golongan Syiah Ismailiyah di bawah pimpinan Ubaidillah
Al-Mahdi. Setelah sempat ditahan, Ubadilah akhirnya dibaiat menjadi khalifah
bergelar Al-Mahdi Amir Al-Mu'minin (909 M). Pengganti Khalifah Ubaidilah
Al-Mahdi, Muizz Lidinillah mulai mengalihkan perhatiannya ke Mesir.Ia menunjuk
Panglima Jauhar Al-Katib As-Siqili untuk menaklukan Mesir. Tahun 969 M, Mesir
berada dalam kekuasaan Syiah Ismailiyah. Sejak itu, mereka membangun kota baru yang diberi
nama Al-Qahirah atau Kairo yang berarti 'penaklukan' atau 'kejayaan'. Pada 972
M, di Kairo telah berdiri Masjid Al-Azhar.
Fatimiyah mencapai kemajuan yang pesat dalam administrasi
negara. Karena, pada saat itu, dinasti itu mengutamakan kecakapan dibandingkan
keturunan dalam merekrut pegawai. Toleransi pun dikembangkan. Penganut Sunni
yang profesional pun diangkat kedudukannya laiknya Syiah. Toleransi antarumat
beragama pun begitu tinggi. Siapapun yang mampu bisa duduk di pemerintahan.
Kairo menjadi salah satu pusat kebudayaan
Islam dan gudang barang-barang dagang untuk eropa dan dunia timur. Kota seribu menara.
Itulah julukan yang disandang Kairo - salah satu kota penting dalam sejarah peradaban Islam.
Pada abad pertengahan, ibukota Mesir yang berada di benua Afrika itu memainkan
peranan yang hampir sama pentingnya dengan Baghdad di Persia serta Cordova di
Eropa.
Diakhir masa kejayaan Fatimiyah, Kairo hampir saja jatuh ke
dalam kekuasaan tentara Perang Salib pada 1167 M. Untunglah panglima perang
Salahudin Al-Ayubi berhasil menghalaunya. Sejak itu, Salahudin kemudian
mendeklarasikan kekuasaannya di bawah bendera Dinasti Ayubiyah - penganut
Sunni. Dinasti itu hanya mampu bertahan selama 75 tahun.
Kairo kemudian diambil alih Dinasti Mamluk. Sekitar tiga
abad lamanya Mamluk menjadikan Kairo sebagai pusat pemerintahannya. Ketika
Baghdad dihancurkan bangsa Mongol pada 1258 M, pasukan Hulagu Khan tak mampu
menembus benteng pertahanan Kairo. Selama periode itu, Kairo menjadi salah satu
pusat kebudayaan Islam dan gudang barang-barang dagang untuk Eropa dan dunia Timur.
Kairo
juga sempat dikuasai Turki. Sejak kekuasaan Turki berakhir pada 1517 M, kota itu sempat
tenggelam. Kairo kembali menggeliat ketika pada awal abad modern, Muhammad Ali
memimpin Mesir. Kota
itu pun menjelma sebagai pusat pembaruan Islam zaman modern. Demikianlah
perjalanan panjang kota
Kairo.
Bidang Tatakota dan Arsitektur
Fustat sebagai pusat pemerintahan,
didirikan bangunan masjid pertama kali berdiri di daratan Afrika. Fustat
tercatat mengalami pasang-surut sebagai sebuah kota utama di Mesir selama 500 tahun.
Penjelajah dari Persia,
Nasir-i-Khusron mencatat kemajuan yang dicapai Fustat. Ia melihat betapa
eksotik dan indahnya barang-barang di pasar Fustat, seperti tembikar
warna-warni, kristal dan begitu melimpahnya buah-buahan dan bunga, sekalipun di
musim dingin.
Dari tahun 975 sampai 1075 M Fustat menjadi pusat produksi
keramik dan karya seni Islami - sekaligus salah satu kota terkaya di dunia. Ketika Dinasti Umayyah
digulingkan Dinasti Abbasiyah pada 750 M, pusat pemerintahan Islam di Mesir
dipindahkan ke Al-Askar - basis pendukung Abbasiyah. Kota itu bertahan menjadi ibukota
pemerintahan hingga tahun 868 M. Sekitar 1168 M, Fustat dibumihanguskan agar
tak dikuasai tentara Perang Salib.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Kairo menjelma menjadi pusat intelektual dan kegiatan ilmiah
baru. Bahkan, pada masa pemerintahan Abu Mansur Nizar Al-Aziz (975 M - 996 M),
Kairo mampu bersaing dengan dua ibu kota Dinasti
Islam lainnya yakni, Baghdad
di bawah Dinasti Abbasiyah dan Cordova pusat pemerintahan Umayyah di Spanyol.
Kini, Universitas Al-Azhar menjadi salah satu perguruan tinggi terkemuka yang
berada di kota
itu. Selain itu, ketiga dinasti yang tersebar di tiga benua itu juga berlomba
membangun masjid. Dinasti Abbasiyah di Baghdad bangga memiliki Masjid Samarra,
Dinasti Umayyah memiliki Masjid Cordova dan Fatimiyah memiliki Masjid Al-Azhar.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Laiknya
tiga metropolis intelektual era abad pertengahan, seperti Baghdad, Cordova, dan
Bukhara, dari Kairo juga muncul sederet ilmuwan Muslim yang berpengaruh.
Pasalnya, pada era kejayaan Dinasti Fatimiyah dan Mamluk Kairo telah menjadi kota tempat berkumpulnya
para ilmuwan serta sarjana yang melakukan kegiatan ilmiah.
4.
Cordova
Bidang Pemerintahan
Istana Abd
al-Rahman termasuk salah satu istana terindah di Eropa. Duta-duta kaisar dari
kerajaan Jerman, Italia dan Perancis menyampaikan surat kepercayaannya di istana tersebut.
Ibukota Cordova, dengan jumlah penduduk setengah juta, 700 masjid dan 3000 buah
tempat pemandian umum, hanyalah dapat dibandingkan dengan kota-kota Baghdad dan
Konstantinopel. Istana raja mempunyai 4000 ruangan dengan ribuan budak penjaga,
terletak di sebelah Barat Daya kota, diatas suatu bukit dari Pegunungan Sierra
Morena dan mempunyai pemandangan ke jurusan sungai Quadalquilvir. Istana yang mulai didirikan pada masa Abd al-Rahman
III ini dibangun pada tahun 936 M yang dinamai Istana Al-Zahra. Batu marmar
yang diperlukan untuk mendirikan istana tersebut dihadiahkan oleh Numidian dan
Kartado.
Perdagangan dan
pertanian berkembang dengan pesat dan sumber-sumber keuangan untuk negara
berlipat ganda. Uang masuk kerajaan meningkat hingga 6.245.000 dinar dan
sepertiga dari jumlah tersebut dipergunakan untuk keperluan tentara, yang
sepertiga lagi untuk pekerjaan umum, sedang selebihnya dicadangkan dalam kas
kerajaan. Belum pernah Cordova semakmur itu. Daerah Andalusia begitu kaya dan
seluruh negara mengalami kejayaan seperti masa pemerintahan Abd al-Rahman.
Bidang Tatakota dan Arsitektur
Pada masa Abd
al-Rahman berkuasa di Andalusia, perhatiannya
terhadap perkembangan pembangunan kota-kota di Andalusia cukup besar. Kota-kota
kerajaannya diperindah, pipa air dibuatagar ibukotanya mndapat air yang bersih;
dinding batu ditegakkan sekeliling kota dan
istana, serta sebuah taman di luar kota
Cordova yang dibangun menurut bentuk istana nenek moyangnya di Timur Laut
Syiria. Perairan untuk vilanya diadakan dan menanam berbagai tanaman dari
negeri asing, seperti tuffah Farsi dan buah Delima. Pada pohon palem yang hanya
sebatang di kebunnya, mungkin pohon palem pertama dari jenisnya yang
didatangkan dari Syiria ditulis sajak-sajak yang mengandung kehalusan dan
kerinduan, sajak-sajak yang merupakan ciptaannya sendiri.
Dua tahun
sebelum mangkat, Abd al-Rahman mendirikan sebuah masjid di Cordova sebagai
suatu imbangan terhadap masjid-masjid di Yerussalem dan Mekkah. Setelah
disempurnakan dan diperbesar oleh pengganti-penggantinya, dalam waktu yang
pendek masjid tersebut menjadi tempat suci dunia Islam di Barat. Gedung itu,
yang mempunyai banyak sokoguru yang megah dan halaman yang luas pada tahun 1236
M dijadikan sebagai gereja. Hingga kini gedung tersebut masih berdiri utuh
dengan nama popular, La Mezquita.
Selain masjid, Abd al-Rahman juga mendirikan jembatan yang melalui sungai Quadalquilvir (berasal dari bahasa Arab
yang artinya, sungai yang besar) yang kemudian diperbesar hingga mempunyai
tujuh belas lengkung.
Abad ke-10
Cordova adalah kota
kebudayaan yang terkenal di Eropa. Cordova menjadi pusat kebudayaan dunia
bersama dengan Baghdad
dan Konstantinopel. Jumlah rumahnya sebanyak 113.000 buah, kota depannya 21
buah, perpustakaannya 70 buah dan took-toko bukunya tak terhitung banyaknya.
Masjid-masjid dan istana-istana membuat nama kota tersebut menjadi harum semerbak dan
dikagumi oleh dunia internasional, serta mendapat penghormatan dari tiap-tiap
pengunjungnya. Para pengunjung kota
itu selalu gembira, karena jalan-jalan diberi batu dan disinari oleh lampu di
waktu malam. Sementara di kota London, 700 tahun kemudian hampir-hampir
belum ada satu lenterapun yang didapati di jalan-jalannya. Di kota
Paris
berabad-abad kemudian, dalam musim hujantebalnya lumpur sampai-sampai ke mata
kaki, bahkan juga sampai ke ambang pintu rumah.
Menurut Draper,
pada abad ke abad ke-10 M, jalan-jalan di kota masyarakat Muslim Cordova begitu
halus dan mulus serta bertabur cahaya pada malam hari. Rumah-rumah penduduknya
pun begitu indah berhiaskan lukisan dinding dan permadani. Rumahrumah penduduk
Muslim dizaman itu terasa hangat di musim dingin, karena sudah dilengkapi
dengan tungku perapian.
Bila musim panas menjelang,suasana
rumah terasa sejuk dengan aroma wewangian yang berasal dari kebun bunga yang
dihubungkan melalui pipa bawah tanah. Kontras dengan Barat yang saat itu
dikepung kekumuhan, kota-kota Islam dilengkapi dengan beragam fasilitas publik
yang lengkap dan di rumahrumah masyarakatnya juga memiliki kamar mandi,
perpustakaan, ruang makan, serta air mancur.
‘’Seluruh kota dan negeri Muslim di Spanyol penuh
dengan keramah-tamahan,’’ papar Draper. Kekaguman dan kesan yang sama terhadap
kota-kota Muslim di era keemasan juga dilontarkan David Talbot Rice dalam
Islamic Art, Thames and Hudson.
‘’Pada era supremasi Samara (836 M - 883 M), masyarakat Muslim begitu konsen
pada seni. Salah satu yang paling cerdas dan sejarah Islam,’’ ungkap Rice
memuji. Bangunan rumah, masjid, istana dan taman pada masa itu berdiri dengan
megah dan indah.
‘’Masyarakat Muslim Arab suka
sekali menghiasi lingkungannya,’’ imbuh Gustave Le Bon dalam La Civilisation
des Arabes. Menurut Le Bon, karakteristik seni masyarakat Muslim Arab di era
keemasan begitu imajinatif, cerdas, megah dan rimbun dalam dekorasi. Selain
itu, detail-detailnya begitu fantastis. Hal itu bisa dilihat dari taman-taman
yang dibangun pada masa itu.
Saat era kejayaan Islam, Malaga - kota pelabuhan di Andalusia,Spanyol - tampak mempesona jika dilihat dari
berbagai penjuru, sekalipun. Dari Velez hingga Fuengirola yang berjarak lebih
dari 40 mil (64,36 km), pantai Malaga
menampakkan perkebunan daun ara yang tak terputus. Begitu indah dan mempesona.
kebun raya yang paling menakjubkan
di era itu adalah kebun raya Abd Al-Rahman - amir pertama Dinasti Umayyah di
Spanyol. Tak cuma itu,masyarakat dunia Muslim era keemasan juga memiliki taman
Huertal del Rey di Toledo, taman raja Taifa Spanyol, taman il-Khans dan Timurid
di Tabriz, serta taman Mahmud Ghazna di Balkh.
Penguasa era keemasan yang juga
begitu cinta pada bunga-bungan adan aneka tanaman adalah Abd Al-Rahman - Amir
pertama Dinasti Umayyah di Spanyol. Di tamannya terdapat koleksi
tanaman-tanaman langka yang berasal dari berbagai belahan dunia. Untuk
mendapatkan tanaman dan bunga-bunga yang langka, dia mengirimkan agennya ke
Syiria dan wilayah timur untuk memperoleh benih dan tanaman baru. Tak heran,
jika pada abad ke-10 M, taman Istana Cordova sudah tampak seperti kebun raya.
5.
Delhi
Kemudian Syah Jehan meninggal pada tahun
1658 M dan terjadinya perebutan tahta kerajaan di kalangan istana. Mughal
terpecah menjadi beberapa bagian. Shuja menobatkan dirinya sebagai Raja di Bengala.
Murad menobatkan dirinya sebagai Raja di Ahmadabad. Shuja bergerak memasuki pemerintahan di Delhi. Namun pasukan
Aurangzeb berhasil mengalahkannya pada tahun 1658 M. kemudian Aurangzeb
memerangi pasukan Murad dan dimenangkan oleh Aurangzeb. Oleh karena itu,
Aurangzeb secara resmi dinobatkan menjadi Raja Mughal. Langkah pertama yang
dilakukan oleh Aurangzeb menghapuskan pajak, menurunkan bahan pangan dan
memberantas korupsi, kemudian ia membentuk peradilan yang berlaku di India yang
dinamakan fatwa alamgiri sampai akhirnya meninggal pada tahun 1707 M.
Selama satu setengah abad, India di bawah
Dinasti Mughal menjadi salah satu negara
adikuasa. Ia menguasai perekonomian
Dunia dengan jaringan pemasaran barangbarangnya
yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia
Tenggara dan Cina. Selain itu, India
juga memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar ditaklukkan dan
kebudayaan yang tinggi. Kemantapan stabilitas politik karena sistem
pemerintahan yang diterapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang
lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program
pertanian, perrtambangan dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara
lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di samping untuk kebutuhan dalam
negeri, hasil pertanian itu di ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia dan Asia
Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis
bahan gordiyn yang banyak di produksi di Bengal dan Gujarat. Untuk meningkatkan
produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan
pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat
(Mujib, 1967:256).
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi,
bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni terbesar yang dicapai
kerajaan Mughal adalah karya sastra gubahan penyair istana, berbahasa Persia dan India. Penyair India yang
terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, dengan karyanya berjudul Padmavat,
sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia (Holt,
1977:57). Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan
karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan
Mughal berdasarkan figure pemimpinnya. Karya seni yang dapat dinikmati sampai
sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai oleh kerajaan Mughal
adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar di
bangun istana Fatpur Sikri di Sikri, Villa dan masjidmasjid yang indah. Pada
masa Syah Jehan dibangun masjid
berlapiskan mutiara dan TajMahal di Agra, masjid Raya Delhi dan istana
indah di Lahore
(Ikram, 1967:247).
Puteri Razia dengan dukungan penuh rakyat Delhi akhirnya mampu merebut tahta
kesultanan, setelah mengalahkan saudaranya dalam sebuah perang saudara. Rakyat
Delhi pun dengan penuh suka cita menyambut tampilnya seorang sultana. Razia
Sultana naik tahta pada tahun 1236 M.
Razia Sultana pun membuat gebrakan dengan sistem pemerintahannya yang
efisien. Salah satu pencapaian sang Sultana adalah berhasil menyelesaikan
pembuatan hukum dan aturan di wilayah kekuasaannya. Pembangunan di wilayah
Kesultanan Delhi pun menggeliat. Ia memperbaiki beragam infrastruktur di negeri
yang dipimpinnya. Ia membangun jalan untuk sarana transportasi.
Selain itu, penggalian sumur-sumur dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air
bersih rakyat Delhi.
Pembangunan berbagai infrastruktur itu pun membuat roda perekonomian dan
perdagangan mulai berputar. Razia Sultana pun memiliki kepedulian untuk
mencerdaskan rakyatnya. Hal itu dibuktikan dengan dibangunnya sekolah-sekolah
dan sederet perpustakaan.
Perkembangan kesenian dan kebudayaan juga disokongnya. Bahkan, Razia
Sultana pun turut berkontribusi mendukung aktivitas para penyair, pelukis dan
musisi. Saat itu, Kesultanan Delhi menorehkan kemajuan yang terbilang pesat.
Semua itu berkat kepemimpinan Razia Sultana yang begitu kuat. Razia Sultana
yang kerap turun memimpin pasukannya di medan
perang selalu mengenakan busana yang maskulin.
Razia Sultana terlahir pada tahun 1205 M. Ia adalah keturunan bangsa
Seljuk Turki yang berkuasa di wilayah Delhi.
Ia merupakan penguasa kelima Dinasti Mamluk di anak benua India. Di era
kejayaan Islam, secara bergantian muncul kerajaan Muslim di wilayah itu.
Kerajaan-kerajaan Muslim itu dinamakan Kesultanan Delhi. Dinasti-dinasti Islam
yang pernah berkuasa di negeri Hindustan itu
antara lain Mamluk (1206-1290), Khilji (1290-1320), Tughlaq (1320-1413), Sayyid
(1414-51), serta Lodhi (1451-1526).
6.
Tabriz
Tabriz
merupakan ibukota Ajarbaizan semasa Dinasti Ilkhan (1256 – 1353 M) di Asia
Tengah. Tabriz
mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Abaga Khan dan Ghazan. Pada masa ini Tabriz menjadi pusat peradaban yang sangat diperhitungkan.
Tabriz berkembang menjadi kota penting dan menjadi pusat perhatian yang
dituju. Banyak seniman dan filosof yang datang ke kota tersebut. Kebutuhan medis juga mulai
diperhatikan di Tabriz.
Obat-oatan didatangkan dari India.
Hal ini berkat peran Rashid al-Din yang sangat mencintai ilmu. Rashid memberi
hadiah bagi orang-orang yang beragama dan menyusun ekspedisi militer ke Kabul. Oleh karena
itulah, obat-obatan untuk menunjang kebutuhan medis ini juga disuplai. Bahkan,
melalui penghasilannya sendiri, Rashid membangun vila-vila, yayasan amal dan
sebuah pemukiman untuk para sarjana di dekat Tabriz. Pemukiman ini dilengkapi dengan
perpustakaan yang memadai, penataan perdagangan dan disediakan juga 50 orang
dokter yang didatangkan dari Mesir, China dan India. Rashid juga memiliki
sebagian koleksi karya-karya Persia
yang diterjemahkan dalam bahasa Mongol, Ilkhan dan China. Kalender yang awalnya
berdasarkan penanggalan syamsiyah diubah menjadi penanggalan berdasarkan tahun
qomariyah. Pada masa Rashid, jalan-jalan di kota
Tabriz sangat
teratur dan memudahkan pengguna jalan yang melewatinya. Setiap satu mil diberi
tanda agar diketahui pengguna jalan.
Tabriz
juga merupakan kota
pusat lukisan-lukisan kerajaan Ilkhan. Tabriz di
masa kekuasaan generasi Chengis Khan, yaitu Timur Lang merupakan kota yang makmur dan
paling indah pada abad pertengahan. Tabriz pada
waktu itu dihuni oleh lebih dari satu juta penduduk, karena Tabriz
menjadi kota
yang banyak dituju. Bahkan Tabriz sampai dinilai sebagai salah satu kota yang padat penduduku
di masa itu. Penerimaan pajak kota
itu jauh lebih besar dari pajak tahunan yang diterima raja Perancis.
7.
Sarai
Baru
Pada masa
kekuasaan Golden Horde, dibangun sebuah kota
yang menarik dan indah yang kemudian menjadi ibukota dinasti ini, yaitu Kota
Sarai. Sarai terletak di sekitar Lembah Sungai Embu dan Danau Ural dan berjarak
sekitar 65 mil sebelah Timur Laut Austrakhan.
Istana di Sarai tersebut semuanya
di lapisi dengan warna emas. Sarai Baru dibangun abad XIII M pada masa
pemerintahan Berke dari Dinasti Golden Horde. Berke yang sangat mencintai
Islam, berupaya untuk membangun pemerintahannya berdasarkan syari’at Islam.
Oleh karena itu, Berke mengganti Yassa,
UU Mongol yang dibuat oleh Chengis Khan dengan syari’at Islam. Selain itu, untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang sangat didorong Islam, Berke banyak
membangun masjid, madrasah dan juga monument-monumen indah.
Golden Horde dengan Sarai Baru
sebagai ibukotanya ini kemudian berkembang pesat. Pada masa Uzbeg Khan,
administrasi kenegaraan ditetapkan sesuai dengan syari’at Islam. Kesenian dan
sastra pada masa Uzbeg mencapaikemajuan sangat tinggi. Perdagangan pun juga
maju dengan sangat pesat yang ditandai dengan banyaknya pedagang dari Cina yang
masuk melewati Laut Baltik. Tingginya peradaban di Sarai Baru ini diungkapkan
oleh Ibnu Batutah dalam kitabnya, Rihlah
Ibn Batutah yang merekam kesempurnaan Dinasti Golden Horde di Sarai Baru.
Masjid Agung Cordova, sejumlah
pertamanan, pancuran, dan alun-alun istana al-hambra, syair muwashshat dan
zajal dengan kandungan beberapa ayat al-qur’an. Masjid Agung Cordova diperluas
dan direhab oleh sejumlah penguasa secara berturut-turut.
Ia merupakan sebuah bangunan masjid
yang sangat luas yang terdiri dari sejumlah ruangan yang dikelilingi oleh sejumlah
ruangan yang dikelilingi oleh seumlah pola-pola lengkungan setengah lingkaran,
sebuah bilik dengan galur yang menyerupai kubah dan sebuah pola lengkungan
setengah lingkaran yang menunjukkan arah kiblat. Masjid Cordova tersebut antara
961 dan 966 diperindah oleh para pekerja mosaik, yang memberinya sebuah
interior yang indah dan menakjubkan. Masjid cordova merupakan lambang perpaduan
antara nilai-nilai aritektur lama dengan unsur-unsur peradaban muslim.
Karenanya, teladan itulah yang
perlu diikuti umat Islam masa kini. Semangat Cordova yang selalu “haus” ilmu
pengetahuan perlu menjadi jawaban atas kelemahan-kelemahan yang terjadi di
dunia muslim saat ini. Harus dihilangkan asumsi muslim sebagai yang
terbelakang, gagap teknologi, dan malas berpikir (rasional dan ilmiah),
terlebih di Dunia Ketiga. Di dalam karyanya The Arabs: A Short History (1970),
Philip K Hitti dengan jujur menyebut Islam di Spanyol sebagai pemimpin utama
dalam budaya dan peradaban di seluruh dunia di antara pertengahan abad ke-8 dan
permulaan abad ke-13.Cordova mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya produksi
pertanian dan petdagangan internasional.