Selamat datang di blog membangun peradaban. silahkan tulis kritik dan saran

Pages

Minggu, 23 Juni 2013

Alasan Pemilihan Arab Sebagai Daerah Turunnya Wahyu


Wilayah Arab merupakan bagian kecil dari bumi Allah yang sangat luas. Daerah ini tandus dan secara umum penduduknya tidak dapat membaca. Meskipun daerah Arab tertinggal secara peradaban dan keilmuan, tetapi Allah menetapkan daerah ini sebagai tempat lahirnya Nabi terakhir dan sebagai tempat turunya wahyu. Contoh daerah yang maju ketika itu adalah wilayah Syam yang sekarang terdiri dari beberapa Negara seperti Suriah, Palestina, Israel, ataupun Yordania. Selain Syam, Negara-negara seperti India, China, Yunani, Persia dan Romawi juga sudah terkenal akan ilmu dan peradabannya. Disini, saya mulai meringkas beberapa alasan kenapa Allah menjadikan Arab sebagai tempat yang cocok untuk Islam.
1.       Mereka suatu kaum yang menepati janji.
Salah satu kisah yang menunjukkan akan karakter ini adalah kisah nadzar Abdul Mutholib yang akan menyembelih salah satu dari anaknya jika dia memiliki 10 anak. Maka ketika jumlah anaknya mencapai 10, mereka adalah Al-Kharits, Az-Zubair, Khajl, Dhiror, Al-Muqawwam, Abu Lahab, Al-Abbas, Hamzah, Abu tholib, Abdullah, ia memanggil mereka semua, dan menceritakan janji yang pernah diucapkan itu kepada anak-anaknya. Setelah menceritakan janjinya tersebut, Abdul Mutholib mengajaknya 10 anaknya itu untuk memenuhi janji kepada Allah dan mereka semua setuju. Setelah itu, Abdul Mutholib mengundi nama-nama anaknya yang akan disembelih. Pada undian itu keluarlah nama anak kesayangannya Abdullah. Anak terakhir dari sepuluh bersaudara itu bersedia untuk memenuhi janji bapaknya kepada Allah, tetapi ketika Abdul Mutholib akan menyembelihnya, orang-orang Qurasy datang menghalanginya. Untuk mengganti janji yang sudah terlanjur diucapkan, orang-orang Quraisy menyuruh Abdul mutholib untuk meminta fatwa kepada seorang perempuan yang berilmu untuk memutuskan masalahnya.
Akhirnya perempuan itu memerintahkan supaya mereka mengundi Abdullah dengan sepuluh onta. Jika yang keluar nama Abdullah maka mereka harus menambah 10 onta lagi sampai akhirnya keluar nama onta. Setelah mendengar nasehat itu, Abdul Mutholib mengundi nama anaknya dengan 10 onta, tetapi setiap kali mereka mengundi, yang keluar nama Abdullah. Hal itu terus mereka lakukan sehingga keluarlah nama onta setelah 10 kali undian. Setelah itu Abdul Mutholib menyembelih 100 onta untuk menebus nyawa anaknya.[1]
2.      Mereka suatu kaum yang dermawan
Masyarakat arab adalah masyarakat yang terkenal akan kedermawanan mereka, sebelum Islam, mereka menampakkan kedermawanan itu dengan memberikan atau mentraktir orang-orang untuk meminum minuman keras, sebagian riwayat menunjukkan bahwa orang Arab, ketika kedatangan tamu sedang mereka tidak memiliki sesuatu untuk disajikan selain satu onta yang mereka miliki, niscaya mereka akan menyembelihnya untuk disajikan kepada tamu.
3.      Mereka suatu kaum yang menjaga harga diri
Masyarakat Arab adalah masyarakat yang menjaga harga diri, mereka merupakan suatu masyarakat yang pantang dilecehkan, mereka rela membunuh anaknya untuk menjaga harga diri. Salah satu kisah yang sering kita kenal adalah kisah Umar bin khattab yang mengubur anak perempuannya hidup-hidup demi menjaga harga diri.
4.      Mereka suatu kaum yang memiliki pola berfikir simpel.
Bangsa Arab sebelum datang Islam, merupakan suatu wilayah yang dikelilingi  Negara adi daya Persia dan romawi. Selain dua Negara adi daya itu, Negara china, India, dan Yunani juga terkenal akan kemajuan, keilmuan dan peradabannya, bahkan dalam hal pemikiran. Negara Persia adalah ladang subur berbagai khayalan (khurafat) keagamaan dan filosofis yang saling bertentangan. Di antaranya adalah Zoroaster yang dianut oleh kaum penguasa. Salah satu filsafah aliran adalah mengutamakan perkawinan seseorang dengan ibunya, anak perempuannya, atau saudaranya. Sehingga Yazdasir II yang memerintah pada pertengahan abad kelima masehi mengawini anak perempuannya. Selain Zoroaster, juga terdapat ajaran Mazdakia yang menghalalkan wanita, membolehkan harta dan menjadikan manusia sebagai serikat seperti perserikatan mereka dalam masalah air, api dan rumput. Ajaran ini memperoleh sambutan dari kaum penguumbar hawa nafsu. Berikutnya adalah Negara Romawi. Negara ini tak kalah bejatnya dengan Negara Persia. Kehidupan nista, kebejatan moral, dan pemerasan ekonomi menyebar keseluruh negeri, akibat melimpahnya penghasilan dan menumpuknya pajak. Di lain tempat, Yunani telah tenggelam dalam lautan khurafat dan mitos-mitos verbal yang tidak pernah memberinya manfaat. Dari pertimbangan ini, wilayah Arab merupakan daerah yang memiliki keserdehanaan.


[1] Ibnu Katsir, Tahqiq, Dr. Abdullah Muhsin At-turki, Bidayah wa Nihayah, Damaskus; hajr, 1997 (1417 h), juz 3, hal 344

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Tinggi Bahasa Arab

Kegiatan Dakwah Masjid Zakaria

Info UMS