Wilayah Arab merupakan bagian kecil dari bumi Allah yang sangat
luas. Daerah ini tandus dan secara umum penduduknya tidak dapat membaca. Meskipun
daerah Arab tertinggal secara peradaban dan keilmuan, tetapi Allah menetapkan
daerah ini sebagai tempat lahirnya Nabi terakhir dan sebagai tempat turunya
wahyu. Contoh daerah yang maju ketika itu adalah wilayah Syam yang sekarang
terdiri dari beberapa Negara seperti Suriah, Palestina, Israel, ataupun
Yordania. Selain Syam, Negara-negara seperti India, China, Yunani, Persia dan
Romawi juga sudah terkenal akan ilmu dan peradabannya. Disini, saya mulai
meringkas beberapa alasan kenapa Allah menjadikan Arab sebagai tempat yang
cocok untuk Islam.
Salah satu kisah yang menunjukkan
akan karakter ini adalah kisah nadzar Abdul Mutholib yang akan menyembelih
salah satu dari anaknya jika dia memiliki 10 anak. Maka ketika jumlah anaknya
mencapai 10, mereka adalah Al-Kharits, Az-Zubair, Khajl, Dhiror, Al-Muqawwam,
Abu Lahab, Al-Abbas, Hamzah, Abu tholib, Abdullah, ia memanggil mereka semua,
dan menceritakan janji yang pernah diucapkan itu kepada anak-anaknya. Setelah
menceritakan janjinya tersebut, Abdul Mutholib mengajaknya 10 anaknya itu untuk
memenuhi janji kepada Allah dan mereka semua setuju. Setelah itu, Abdul Mutholib
mengundi nama-nama anaknya yang akan disembelih. Pada undian itu keluarlah nama
anak kesayangannya Abdullah. Anak terakhir dari sepuluh bersaudara itu bersedia
untuk memenuhi janji bapaknya kepada Allah, tetapi ketika Abdul Mutholib akan
menyembelihnya, orang-orang Qurasy datang menghalanginya. Untuk mengganti janji
yang sudah terlanjur diucapkan, orang-orang Quraisy menyuruh Abdul mutholib
untuk meminta fatwa kepada seorang perempuan yang berilmu untuk memutuskan
masalahnya.
Akhirnya perempuan itu memerintahkan
supaya mereka mengundi Abdullah dengan sepuluh onta. Jika yang keluar nama
Abdullah maka mereka harus menambah 10 onta lagi sampai akhirnya keluar nama
onta. Setelah mendengar nasehat itu, Abdul Mutholib mengundi nama anaknya
dengan 10 onta, tetapi setiap kali mereka mengundi, yang keluar nama Abdullah. Hal
itu terus mereka lakukan sehingga keluarlah nama onta setelah 10 kali undian. Setelah
itu Abdul Mutholib menyembelih 100 onta untuk menebus nyawa anaknya.[1]
2.
Mereka
suatu kaum yang dermawan
Masyarakat arab adalah masyarakat yang terkenal akan kedermawanan
mereka, sebelum Islam, mereka menampakkan kedermawanan itu dengan memberikan atau
mentraktir orang-orang untuk meminum minuman keras, sebagian riwayat
menunjukkan bahwa orang Arab, ketika kedatangan tamu sedang mereka tidak
memiliki sesuatu untuk disajikan selain satu onta yang mereka miliki, niscaya
mereka akan menyembelihnya untuk disajikan kepada tamu.
3.
Mereka
suatu kaum yang menjaga harga diri
Masyarakat Arab adalah masyarakat yang menjaga harga diri, mereka
merupakan suatu masyarakat yang pantang dilecehkan, mereka rela membunuh
anaknya untuk menjaga harga diri. Salah satu kisah yang sering kita kenal
adalah kisah Umar bin khattab yang mengubur anak perempuannya hidup-hidup demi
menjaga harga diri.
4.
Mereka
suatu kaum yang memiliki pola berfikir simpel.
Bangsa
Arab sebelum datang Islam, merupakan suatu wilayah yang dikelilingi Negara adi daya Persia dan romawi. Selain dua Negara
adi daya itu, Negara china, India, dan Yunani juga terkenal akan kemajuan,
keilmuan dan peradabannya, bahkan dalam hal pemikiran. Negara Persia adalah
ladang subur berbagai khayalan (khurafat) keagamaan dan filosofis yang saling bertentangan.
Di antaranya adalah Zoroaster yang dianut oleh kaum penguasa. Salah satu
filsafah aliran adalah mengutamakan perkawinan seseorang dengan ibunya, anak
perempuannya, atau saudaranya. Sehingga Yazdasir II yang memerintah pada
pertengahan abad kelima masehi mengawini anak perempuannya. Selain Zoroaster,
juga terdapat ajaran Mazdakia yang menghalalkan wanita, membolehkan harta dan
menjadikan manusia sebagai serikat seperti perserikatan mereka dalam masalah
air, api dan rumput. Ajaran ini memperoleh sambutan dari kaum penguumbar hawa
nafsu. Berikutnya adalah Negara Romawi. Negara ini tak kalah bejatnya dengan
Negara Persia. Kehidupan nista, kebejatan moral, dan pemerasan ekonomi menyebar
keseluruh negeri, akibat melimpahnya penghasilan dan menumpuknya pajak. Di lain
tempat, Yunani telah tenggelam dalam lautan khurafat dan mitos-mitos verbal
yang tidak pernah memberinya manfaat. Dari pertimbangan ini, wilayah Arab
merupakan daerah yang memiliki keserdehanaan.
[1]
Ibnu Katsir, Tahqiq, Dr. Abdullah Muhsin At-turki, Bidayah wa Nihayah,
Damaskus; hajr, 1997 (1417 h), juz 3, hal 344
Tidak ada komentar:
Posting Komentar