Makna Berkorban
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
wa lillahi Ilham
Apa
hal yang lebih baik dan indah pada saat ini, selain kita memperbanyak takbir,
tahmid, tasbih dan tahlil sebagai wujud nyata rasa syukur kita kepada Allah
Rabb pemilik alam semesta. Sholawat dan
salam selalu, selalu, dan selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para
sahabat beserta seluruh keluarga,
pengikutnya sampai hari kiamat. Saya wasiatkan kepada diri saya dan jamaah
hadirin semua sebagaimana nasehat yang disampaikan baginda nabi saw kepada
sahabat Muad bin Jabal:
اتَّقِ
اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
”Bertakwalah dimana saja kalian berada, dan
tebuslah setiap keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu menutupi
keburukan”
Atau
nasehat Allah kepada para hambaNya yang beriman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa,
dan jangan kalian meninggal kecuali dalam keadaan pasrah atau sebagai orang
yang menerima Islam secara keseluruhannya”
Jamaah sholat Idul Adha rokhimakumullah
Hari ini kita berjumpa kembali dengan I’dul Qur’an, hari raya kedua
umat Islam.
Di hari ini, umat Islam menyembelih kambing, sapi, kerbau atau onta
dan membagikannya kepada saudara, tetangga, baik mereka yang miskin ataupun mereka
yang kaya. Di hari raya ini, keadaan orang yang kurang mampu sama dengan mereka
yang berlimbah harta. Yang kaya makan daging dengan berbagai menu masakan
begitu pula yang miskin. Semangat berbagi, semangat memberi dan semangat
kebersamaan membaur ke semua lapisan masyarakat. Tidak peduli pejabat atau
rakyat jelata, pedagang atau konsumen, guru atau murid, bos atau kuli bangunan,
mereka membaur dalam satu kegiatan penyembelihan.
Jamaah sholat Idul Adha rokhimakumullah
Semangat berkorban adalah semangat merelakan sebagian dari hak kita
untuk selain kita sebagai bagian dari penghambaan kita kepada Allah SWT.
Perintah berkorban ini pertama terjadi pada kedua putra Nabi Adam a.s, Allah
berfirman dalam Al Maidah 27
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آَدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا
قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآَخَرِ قَالَ
لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Ceritakan kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil)
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima
dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain. Qabil
berkata, “Aku pasti akan membeunuhmu” berkata habil: “sesungguhnya Allah hanya
menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa.
Ayat di atas menceritakan awal sejarah manusia, dimana siti Hawa
selalu melahirkan dua anak kembar dampit, laki-laki dan perempuan, untuk
melanggengkan keberadaan manusia dan karena
belum ada manusia lain, Allah mensyariatkan supaya menikahkan anak dengan cara
bersilang. Habil yang memiliki kembaran tidak terlalu cantik harus menikahi
kembaran Qabil yang sangat cantik, begitu sebaliknya. Qabil merasa dirugikan,
ia tidak menerima perintah ini, lalu nabi Adam a.s memerintahkan mereka berdua
untuk berqurban, siapa yang diterima qurbannya, maka layak menikahi wanita yang
cantik. Qabil sebagai seorang petani mengqurbankan hasil gagal panennya, ia
memilih yang buruk-buruk dari pertaniaannya, sementara Habil yang bekerja
sebagai peternak, memilih hasil ternaknya yang terbaik untuk Qur’an. Kedua
qurban itu diletakkan diatas bukit, lalu Allah mengutus api untuk melahap
qurban yang diterima dan membiarkan yang lainnya. Qabil marah ketika melihat
qurbannya tetap utuh sementara hewan Habil habis dilahap api.
Kerelaan dan ketulusan selalu menumbuhkan perasaan senang
mempersembahkan yang terbaik, sementara kedengkian dan kebakhilan akan
menimbulkan sifat sayang melepas yang terbaik dari miliknya. Sifat ini
sebagaimana yang digambarkan Allah dalam surat al Insan ayat 8 dan 9.
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا
وَأَسِيرًا * إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً
وَلا شُكُورًا } الإنسان: 8، 9
"Dan mereka memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin,
anak yatim dan para tahanan. Sesungguhnya kami memberi makan kalian hanya
karena mengharap ridha Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih
dari kalian."
Jamaah sholat idul adha rokhimakumullah
Semangat kurban adalah semangat memberi manfaat kepada sesama. Begitulah
semangat syariat Islam. Seseorang yang paling banyak bermanfaat kepada orang
lain maka ia orang terbaik dalam Islam. Nabi Muhammad SAW telah bersabda:
خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik-baik manusia yang paling bermanfaat kepada manusia”
Jika dalam bulan Dzul hijjah,
kita disyari’atkan merelakan sebagian rupiah kita yang sedikit untuk berkurban
hewan, begitu pula dalam kehidupan bermasyarakat, kita juga diperintahkan merelakan
harta dan tenaga supaya memberi manfaat kepada orang lain. Begitulah ummul
mukminin Khodijah r.a, menikah dengan Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu
orang terkaya di Makkah al Mukarromah, ketika panggilan dakwah menyeru, beliau
ikhlaskan seluruh hartanya untuk perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. selanjutnya
kita akan selalu mengingat nama Abu Tholkhah r.a. ketika membaca surat al-imran
ayat 97. Allah SWT berfirman:
لَنْ
تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
“Kalian tidak akan pernah mendapatkan kebaikan sehingga kalian
menginfaqkan harta yang kalian cintai”
Ketika ayat ini turun di Madinah, Abu Tholkhah menghadap Nabi s.a.w
seraya mengatakan bahwa di antara harta yang dia memiliki, kebun kurma
Bukhairoh yang terletak di depan Masjid Nabawi, mengalir di dalamnya mata air
dimana Nabi SAW biasa meminum dari air mata itu adalah yang paling ia cintai.
Kebun ini memiliki letak strategis, menghasilkan kurma pilihan, dan tumbuh
subur serta sehat. Beliau infaqkan kebun tersebut untuk Islam dan kaum
muslimin. Siapa yang tidak mengenal Usman bin Affan, ketika kota Madinah
mengalami kekeringan, hanya satu Sumur yang tetap mengeluarkan air, itulah
sumur Roumah, sumur milik orang Yahudi dimana kaum muslimin harus antri membeli
darinya. Nabi SAW menjanjikan surga bagi siapa saja yang dapat membeli sumur
itu lalu menginfaqkannya kepada kaum muslimin. Usman bin Affan, ia lah orang
yang membeli dengan sangat mahal dan lalu menginfaqkannya.
Jamaah sholat idul adha rokhimakumullah
Carita tentang Usman bin Affan tidak pernah kering dari kisah
kedermawanan. Ketika perang Tabuk, beliaulah yang menginfaqkan 1000 keping emas
kepada kaum muslimin untuk bekal perang. Beberapa tahun setelahnya, ketika masa
kekhalifahan Umar bin Khottob, Madinah mengalami pacelik, hujan tidak turun,
tumbuhan banyak yang mati sementara ternak tidak berkembang. Ketika itu, para
pebisnis mendatangi rumah Usman bin Affan untuk membeli barang dagangan berupa
1.000 onta yang datang dari Syam membawa biji-bijian dan bahan makanan.
Berbagai penawaran untung yang tinggi disampaikan kepada Usman, tetapi beliau
menolak semua tawaran itu, dan membagikannya gratis kepada kaum muslimin.
Cerita heroic yang lain tentang pengorbanan adalah kisah Abu Bakar
r.a, hidup tidak sekaya Usman, tetapi semangat Shodaqohnya, sedikit sekali yang
menandinginya. “Aku tidak pernah bisa mengunggulinya selamanya.” Itulah
kesaksian Umar bin Khottob ketika Nabi saw bertanya kepadanya berapa harta yang
ia tinggalkan untuk keluarganya? Umar menjawab: aku tinggalkan harta untuk
keluargaku seperti harta yang aku infaqkan. Ia Umar bin Khottob menginfaqkan
setengah hartanya. Berapa yang diinfaqkan Abu Bakar sehingga Umar berkata demikian.
Abu Bakar menjawab pertanyaan Nabi SAW: Aku tinggalkan untuk keluargaku Allah
dan Rasulnya. Allahu Akbar, Abu bakar menginfaqkan seluruh hartanya. Abu Bakar
lah yang membuat Umar bin khottob menangis ketika ahli waris Abu Bakar datang
membawa seekor onta dan seorang hamba sahaya untuk dikembalikan kepada Negara.
Itulah wasiat Abu Bakar kepada putrinya Aisyah r.a, ketika ia akan wafat beliau
berwasiat jika selama dia menjadi kholifah hartanya bertambah maka ia minta
tambahan hartanya dikembalikan kepada Kholifah setelahnya. Ketika menerima itu,
Umar menangis terharu mengingat sahabat baiknya itu.
Jamaah sholat idul adha rokhimakumullah
Semangat berkorban adalah semangat merelakan diri menahan keinginan
dalam menjalankan perintah Allah. Kita tentu mengingat perngorbanan Hajar yang
rela hidup di tengah padang pasir yang tidak ada tumbuhan dan sumber air, bukan
membuat rumah di tengah sawah yang jauh dari perkampungan penduduk, tetapi
padang pasir yang tidak tumbuhan dan sumber air. Inilah yang disampaikan
baginda Nabi Ibrahim a.s ketika meninggalkan anak dan istrinya. Allah
menceritakan dalam surat Ibrohim ayat 37.
رَبَّنَا
إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ
تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ } [
إبراهيم : 37 ]
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku
di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau
(baitullah) yang dihormati. Ya tuhan (yang demikian itu) agar mereka
melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur.”
Tidak hanya itu pengorbanan Hajar dan juga Nabi Ibrahim, puluhan
tahun berdoa dan menanti seorang anak, ketika lahir anak dan dalam masa
pertumbuhan datang perintah untuk menyembelih sebagai bentuk cobaan dari Allah
dan ketaatan seorang hamba. Keyakinan yang menjawab perintah ini, kerelaan
seorang ibu, kemantapan seorang ayah dan kepatuhan seorang anak yang menjadi
sebab Allah SWT mensyari’atkan hari raya kurban setiap tahun. Masalah kerelaan
menahan diri untuk taat kepada Allah, tentu kita ingat kisah yang berlalu berabad-abad
setelah kisah Nabi Ibrohim a.s. Mus’ab bin Umair. Lahir dari keluarga saudagar
kaya raya di Makkah, hidup penuh kecukupan bahkan lebih, jika ada perempuan
berkumpul dan bercerita tentang seorang pemuda, tentu Mus’aib yang jadi
pembicaraan. Harum wangi parfumnya tercium sampai beberapa meter, pakaian
halus, ramput rapi, dan wajah yang ganteng. Ahlu waris dari kelaurga yang kaya
raya. Seorang pemuda quraish yang hampir tanpa celah dalam urusan duniawi. Ibunya
mengancam untuk tidak mencabut semua fasilitas dan tidak akan memberi
sedikitpun dari hartanya jika ia tidak kembali kepada agama kesyirikan. Mus’aib
tidak bergeming dari keyakinan, sekali Islam harus tetap Islam, itulah semangat
berkurban. Mus’aib juga yang membuat Nabi Muhammad meneteskan air mata ketika
ia melihat Mus’aib meninggal dalam perang Uhud dalam keadaan pakaian compang
camping, kain ditutup di muka kaki kelihatan, dan ditutup di kaki wajah
kelihatan.
Jamaah sholat idul adha rokhimakumullah
Inilah semangat hari raya qurban yang kita berusaha memiliki dan
semoga Allah memberi kita kekuatan dalam amal kebaikan dan mengampuni dosa dari
setiap kekhilafan. Mari kita tutup dengan do’a
اللهم صَلِّ وَسَلِّم وَبارك على
عبدِك و رسولِك نبينا محمدٍ صلىالله عليه وسلم و على آله و صحبه اجمعين . . اللهم انَّا
نسأ لُك باسمك الأعظم وكلمتك التامات أن لا تَدَعْ لنا ذنباً الا غفرته ولا همًا الا
فرجته ولا ديناً الا قضيته , ولا حاجةً لك بها رضًا ولنا صلاحاً الا يسَّرتها و قضيتها
. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ وقاضي الحاجات. رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا
رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ
قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ
لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عِصْمَةُ أمرنا و أصلِحْ لَنَا دُنْيَانا التي فيها معاشُنَا
و أصلح لنا آخرتنا التي اليهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الحياة زِيادةً لنا في كل خير
واجعل الموت راحةً لنا مِنْ كل شر , ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنةً وَ
قِنَا عذاب النار و الحمدلله رب العالمين ..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar