Selamat datang di blog membangun peradaban. silahkan tulis kritik dan saran

Pages

Jumat, 13 April 2012

Amanah


Khutbah Jum'aat
Oleh Warsito, S.Pd., M.P.I.
Jamaah shalat jum’at yang mulia,
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, kemudian menyinari siang dengan matahari dan menerangi malam dengan bulan. Dia menjalankan matahari dan bulan pada orbit atau jalur edarnya serta Dia satu-satunya Dzat yang mengganti siang dengan malam dan malam menjadi siang sehingga kita bisa mengetahui hitungan hari, bulan, dan tahun. Allah telah berfirman.
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mngetahui”.
(QS. Yunus: 5)
Salawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad. Rasul yang memutus tali permusuhan lalu merajutnya menjadi persaudaraan; Nabi yang membalas cacian dan hinaan dengan do’a dan dakwah. Beliau adalah manusia yang diberi kesempuraan budi pekerti dan keutamaan akhlak. Sehingga umat Islam menerima sebaik-sebaik perkataan dan sebaik-baik petunjuk.
Saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan jamaah shalat jum’at untuk selalu meningkatkan ketakwaan, dengan mengerjakan amal kebaikan dan meninggalkan larangan agama. Karena takwa adalah sebaik-baik bekal dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Sebaimana firman Allah:  
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. (QS. Al-Baqarah: 197)
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,
Waktu terus berjalan, hari terus berganti dan bulan serta tahun terus bertambah seiring dengan bertambahnya catatan amal soleh atau amal buruk kita. Pada hari jum’at tanggal 18 Desember, kita umat Islam telah meninggalkan tahun 1430 H dan memasuki tahun baru 1431 H. Evaluasi harus kita lakukan tentang apa yang telah kita lakukan selama 12 bulan pada tahun 1430 H, prestasi dan kebaikan apa yang telah kita lakukan dan target apa yang gagal kita raih. Hasil evaluasi ini akan kita gunakan sebagai acuan  untuk merancang kegiatan di tahun 1431 H.
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,
Nabi saw. pernah mengingatkan umatnya untuk selalu mengevaluasi diri dan memperbaiki amal, sehingga umat Islam menjadi umat yang unggul dalam kualitas dan tinggi dalam produktifitas. Nabi saw. bersabda:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرٌمِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ سَوَاؤٌ مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ خَاسِرٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرٌّ مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
“barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia telah beruntung; dan barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka ia telah merugi; dan barang siapa yang hari ini lebih jelek dari hari kemarin maka ia dilaknat”.
Hadist ini menjadi landasan seorang muslim dalam bekerja, Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja dengan baik dan menjaga kualitas hasil; maka apa yang terjadi hari ini pada umat Islam berlawanan dengan ajaran agamanya. Umat Islam hari ini terkesan sebagai pekerja yang malas, tidak disiplin, dan mudah mengeluh. Gambaran-gambaran negatif ini bisa kita simpulkan dalam satu ungkapan “mereka orang yang tidak amanah” padahal Islam mengajarkan amanah dengan jelas dan tegas. Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya….” (QS. An-Nisa’: 58)  
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah.
Amanah sebagaimana yang dijelaskan oleh As-Syaikh Anas Ismail dalam bukunya “dalilus sailiin” adalah segala sesuatu yang di percayakan kepada seseorang, berupa perintah maupun larangan, dalam masalah duniawi maupun agama. Menjaga amanah merupakan bagian dari sifat mendasar dalam diri seorang muslim, yang muncul dari aqidah dan keyakinannya. Sikap amanah menunjukkan akan ketulusan dan kemuliaan tujuan seseorang.
Dengan demikian, amanah merupakan sikap tanggung jawab dalam bekerja, yang sayangnya saat ini dilalaikan oleh sebagian besar umat Islam. Padahal kebalikan dari sifat amanah adalah sifat khianat, yang merupakan salah satu sifat orang munafik, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw.
آيَةُ اْلمُنَافِقِ ثَلَاثَةٌ, إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَ إِذَا عَهَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“tanda-tanda orang munafiq ada tiga: apabila berbicara dia berdusta, dan apabila berjanji dia menginkari, dan apabila diberi amanat dia berkhianat”.
(HR Bukhari dan Muslim)
Kebanyakan umat Islam hari ini terjangkit penyakit nifak. Mereka melakukan korupsi waktu dengan datang terlambat atau pulang lebih awal dari jadwal yang ditentukan, mereka juga melakukan korupsi uang dengan menggunakan uang rakyat atau uang bersama untuk kepentingan pribadi, atau mereka menunaikan tugas tidak sepenuh hati sehingga hasil pekerjaan mereka tidak bisa optimal. Inilah penyakit yang menjadikan umat Islam mundur dan belum bisa bangkit seperti masa sebelumnya.
Mari kita lihat satu kisah, bagaimana seorang muslim pada generasi awal menjaga amanah. Abdullah bin Dinar menceritakan, bahwa dia pernah bersama dengan Khalifah Umar bin Khattab dalam sebuah perjalanan ke Mekah. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang budak penggembala kambing. Umar ra. lalu berkata kepada penggembala itu “juallah satu kambingmu kepadaku”. Pengembala kambing itu menjawab “tetapi aku hanya seorang pengembala”. Umar lalu membujuk dalam rangka menguji kejujuran si penggembala itu dengan berkata “tetapi tuanmu tidak akan tahu”. Si  penggembala menjawab dengan tegas “lalu dimanakah Allah menurutmu, sehingga Ia tidak akan menyaksikan kita?”. Mendengar jawaban itu, Umar bin Khattab menangis dan mendatangi tuan pemilik si penggembala. lalu membeli dan memerdekakannya dari perbudakan. Beliau ra. berkata “satu kalimat itu telah menyelamatkanmu di dunia dan di akhirat”   
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,
Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Ia adalah  umat dan negara yang pernah memimpin dunia selama 9 abad; ketika itu seluruh aspek kehidupan di kuasai dan dipimpin oleh umat Islam, mulai dari bidang ekonomi, teknologi, militer, berbagai bidang sains, serta politik. Dan merupakan tradisi peradaban dunia bahwa negara super power di suatu era, memiliki masyarakat yang bermental kuat, disiplin dan memiliki etos kerja yang tinggi. Sikap mental inilah yang terangkum dalam kata “amanah”
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,     
Ada beberapa hal yang hendaknya kita lakukan untuk merubah sikap mental umat Islam hari ini:
Pertama, memahamkan dienul Islam dengan benar. Tanpa bermaksud mengunggulkan orang barat yang nota bene mayoritas non muslim, namun kenyataan bahwa mereka lebih disiplin dan terpercaya dalam bekerja dari pada sebagian umat Islam hari ini, merupakan hal yang harus kita akui. Mereka adalah orang-orang non muslim yang justru menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam hal kedisiplinan dan tanggung jawab dalam kehidupan mereka, padahal landasan mereka dalam bekerja semata mengejar kenikmatan duniawi yang sementara. Untuk itu, apabila umat memahami ajaran Islam dengan benar, pastilah mereka akan mampu melampaui capaian orang barat hari ini. Sekarang mari kita menengok kebelakang; dari segi militer dulu kita sangat kuat. Lihat! berapa jumlah pasukan muslim ketika menguasai Persia, Romawi dan Mesir?! Jumlah mereka tidaklah sebanding dengan jumlah kekuatan musuh, tetapi kualitas mereka tidak diragukan, satu orang tentara muslim sebanding 20 pasukan musuh. Keyakinan dan pemahaman mereka terhadap agama ini yang mengangkat semangat, perasaan mulia, kedisplinan, dan kekuatan mereka. Maka salah satu jalan keluar untuk membangkitkan umat ini dari berbagai keterpurukannya adalah memupuk kembali pemahaman  dan keyakinan mereka, sehingga mereka memiliki kemuliaan dan tidak minder menghadapi tantangan-tantangan zaman ini.
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,
Kedua, pelatihan kedisiplinan dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Dalam menerapkan ajaran Islam, seseorang membutuhkan pelatihan. Pelatihan ini bertujuan untuk ’”memaksa diri” menjalankan tuntunan agama dan menahan diri dari berbuat durhaka atau melanggar ajaran agama. Sebagaimana kita mengetahui bahwa dalam diri setiap manusia terdapat potensi kebaikan dan keburukan yang berbeda satu sama lain. Ada seorang muslim yang kuat dalam berinfak tetapi lemah dalam membaca Al-Qur’an, ada orang yang suka menolong tapi lemah dalam kedisiplinan. Mengetahui kelemahan diri dan berusaha memperbaikinya, inilah yang dimaksud sebagai pelatihan. Pelatihan semacam ini yang akan menjadikan seseorang menjadi pribadi muslim yang tangguh. Lihat apa yang dilakukan Rasulullah saw. ketika para sahabat dari golongan yang lemah bertanya mengenai kapan datangnya pertolongan Allah sementara mereka telah merasa berat dalam menerima siksaan orang-orang kafir. Kemudian Rasulullah menceritakan apa yang telah terjadi terhadap orang-orang sebelum mereka. ”Di antara mereka –kata Rasulullah- ada yang disiksa dengan digergaji, atau disikat dengan sisir dari besi; tetapi mereka tetap sabar, sedangkan kalian bersikap terburu-buru”. Jadi pelatihan diri tidak hanya dalam melakukan sesuatu tetapi juga dalam menahan diri dari mengeluh terhadap cobaan.
Sedangkan yang ketiga adalah keutuhan dalam memahami aturan-aturan agama. Yang dimaksud dengan utuh adalah proporsional, seimbang sekaligus menyeluruh dalam memahami Islam. Dalam melaksanakan tuntunan agama misalnya, hendaknya kita melakukan sesuatu sesuai dengan kebaikan, baik dari segi agama maupun dunia sekaligus. Contohnya, Nabi saw. memerintahkan kita untuk tidur terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat manakala kita merasa sangat mengantuk;  sebagaimana beliau juga memerintahkan untuk buang hajat dahulu manakala kita merasa ingin buang hajat, bersamaan dengan itu kita mendengar panggilan shalat. Memahami Islam secara utuh, membuat seorang muslim bisa melakukan sesuatu menurut skala prioritas yang benar, tidak menimbulkan kerusakan, dan membuat kita paham bahwa Islam adalah agama yang mudah.
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,
Inilah tiga hal di antara yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki mentalitas umat hari ini, meskipun khatib tidak bermaksud membatasi pada tiga cara ini saja.  Semoga umat Islam dapat kembali bangkit meraih kejayaannya, kembali memahami tujuan hidup mereka yaitu menghambakan diri kepada Allah semata, bukannya  menghambakan diri kepada hamba yang lain. Karena dengan cara pandang seperti inilah, kita umat Islam tidak akan merasa minder atau berkecil hati melihat kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh umat yang lain.  
بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ وَ نَفَعَنَابِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ

KHUTBAH KEDUA

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Untuk kesekian kalinya saya wasiatkan kepada diri saya dan jamaah shalat jum’at untuk membekali kehidupan kita dengan takwa.
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,
Pada khutbah yang kedua ini, khotib menegaskan kembali bahwa penyebab kemunduran umat Islam terutama karena lemahnya mental dan moral kita, kita bukan lagi umat yang serius memegang amanah yang dipercayakan kepada kita, baik di bidang profesi, pendidikan, keuangan, bahkan masalah agama yang kita yakini sebagai jalan dan pedoman hidup. Untuk itu, khotib mengajak diri sendiri dan jamaah semua untuk kembali mengisi jiwa kita dengan nilai-nilai keislaman sehingga kita bisa menjadi orang yang menjaga amanah dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita, dan akhirnya umat Islam kembali jaya, sebagai rahmat bagi alam semesta. 
Mari kita tutup khutbah ini dengan merendahkan hati berdo’a kepada Allah.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ اَلَّلهُمَّ اَرِنَا اْلحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَاَرِنَا اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَهً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَهً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Tinggi Bahasa Arab

Kegiatan Dakwah Masjid Zakaria

Info UMS