Selamat datang di blog membangun peradaban. silahkan tulis kritik dan saran

Pages

Minggu, 08 April 2012

SHOLAT


SHOLAT
Oleh, Warsito, S.Pd, M.P.I.
I.        Pendahuluan
Masyarakat barat hari ini kekeringan norma dan nilai, mereka terkena wabah materialistik dimana setiap sesuatu dinilai dengan materi, mereka lupa bahwa ada bagian kehidupan ini yang lebih bernilai dari materi itu sendiri. Pandangan materialistik ini yang menyebabkan nilai moral dan kebaikan hilang karena segala sesuatu yang tidak nampak dinilai dengan sesuatu yang empiris. Akhirnya mereka kehilangan kebahagian dan ketemtraman, sesuatu yang lebih mereka butuhkan dari pada apapun, hilangnya perasaan ini ketika mereka menganggap bahwa rasa tentram adalah sesuatu yang dapat dibeli, sesuatu yang dapat mereka temukan dengan melampiaskan nafsu, mereka mengira bahwa ketemtraman dapat mereka dapatkan dengan melepaskan kehidupan dengan nilai-nilai kebaikan yang mengikat hidup mereka.
Perkembangan umat Islam di Barat, seiring berlalunya hari mereka bertambah banyak, begitu pula kegiatan rohani yang lain seperti yoga, meditasi dll, perkembangan kegiatan yang bersifat kerohanian ini menjadi indikasi adanya kesadaran bahwa sistematika berfikir mereka selama ini salah. Menilai segala sesuatu dapat diraih dengan materi adalah kesalahan yang fatal dalam pengalaman hidup mereka, hal ini terbukti ketika mereka mendapat kejayaan material dunia dan kemewahannya, mereka merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka. Seorang ibu sudah kehilangan penghargaan dari anak, seorang suami sudah tidak memiliki harga diri didepan keluarga, anak juga tidak mendapat kasih sayang dari kedua orang tua. Kegagalan hidup mereka seperti bola salju yang semakin membesar dan memiliki dampak yang besar pada individu, keluarga, masyarakat dan Negara.
Ditengah masyarakat yang kekeringan itu Islam datang bak hujan dari langit. Ia dinantikan dan menjadi solusi masalah kehidupan mereka. Model kehidupan yang bernilai, bermoral, dan beraturan pun menjadi sesuatu yang baru bagi mereka. Seorang ibu yang dihormati anak, seorang suami yang memiliki otoritas dikeluarga, dan seorang anak mendapat kasih sayang dari kedua orang tua, sebuah kehidupan yang seimbang, Kehidupan yang normal dan beraturan inilah yang ditawarkan Islam. Disamping mengatur hubungan antara sesama manusia Islam mengajarkan hubungan antara manusia dengan pencipta-Nya. Inilah ajaran yang mendasar dalam Islam dimana diatas pemahaman itu terbangun hubungan sesama manusia dan lewat hubungan manusia dengan Robb-Nya seorang mendapat kebahagian. Dan wasilah untuk berhubungan antara hamba dengan Robb-Nya, Allah mensyari’atkan sholat.
Sholat dengan segala gerakan, bacaan dan kedisiplinan waktu serta kesinambungan pelaksanaannya memberikan berbagai kebaikan dan ketentraman. Apa yang diikuti barat untuk menenangkan jiwa mereka seperti meditasi, yoga dan lain-lain tidak diperlukan oleh umat Islam. Karena muslim yang ta’at melaksanakan shalat minimal 5 kali sehari. Kalau seseorang setiap hari dia membersihkan hati dan mengintropeksi diri minimal 5 kali maka dia tidak perlu lagi mengikuti ajaran lain diluar Islam. Inilah salah satu bukti kesempurnaan Islam dalam mengatur fisik dan jiwa manusia dimana tidak ada yang menandinginya.          
II.      Batasan permasalahan
1.      Pengertian sholat
2.      Hukum sholat
3.      Hikmah sholat
III.    Pembahasan
1.      Definisi shalat
Secara bahasa: Do’a, hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah ayat 103
وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (103)
“dan bershalatlah atas mereka (berdoalah untuk mereka) karena sesungguhnya do’amu itu menenangkan dan menetramkan mereka”
dinamakan sholat karena ia merupakan penghubung antara hamba dengan Robb-Nya dan dalam sholat itu ada pemujaan, pemuliaan dan do’a.[1]
Secara syar’i: sebagaimana banyak dirumuskan para fuqaha, ialah: beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dalam rangka beribadah kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan”.[2]
Sekarang kita perhatikan pengertian atau definisi yang dipakai oleh para fuqaha berupa kombinasi antara amalan lisan berupa ucapan, amalan anggota badan berupa gerakan dan amalan hati berupa ikhlas beribadah kepada Allah. Tiga unsur amalan yang dengannya kita melakukan kebaikan dan kejelekan ini setiap hari dilatih dan diperingatkan untuk melakukan kebaikan sehingga seorang muslim yang ta’at adalah pribadi yang berpikiran kebaikan dan dengan itu ia merasa mendapat kebaikan serta ketentraman.
2.      Hukum shalat
Shalat adalah kewajiban dari Allah Ta’ala kepada setiap mukmin, sebab Allah Ta’ala memerintahkannya dibeberapa surat dan ayat.[3]
Allah berfirman
فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا (103)
“maka dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (An Nisa’-103)
Berkata ibnu Abbas bahwa shalat yang dimaksud dalam ayat ini adalah shalat wajib. Dalam riwayat lain ibnu Mas’ud berpendapat bahwa ayat ini menjelaskan tentang ketetapkan waktu shalat dan Ibnu Aslam berpendapat bahwa ayat ini menjelaskan tentang waktu shalat yang berkesinambungan, jadi ketika waktu shalat habis maka datang waktu shalat yang lain.[4]
3.      Hikmah shalat
a.      Membersihkan jiwa dan mensucikannya dari penyakit jiwa
Allah Berfirman
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21) إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ (23)
“sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. Yaitu orang-orang yang selalu melaksanakan shalat”. Al Ma’arij 19-23
Surat Al Ankabut ayat 45 menggambarkan sifat orang secara umum, bahwa mereka orang yang mengeluh ketika tertimpa musibah sedangkan mereka menjadi orang yang kikir ketika mendapat kebaikan. Itulah orang yang disifati dengan sifat kejelekan, kemudian Allah mengecualikan sebagian orang yang Allah jaga dari sifat-sifat yang jelek itu dan Allah mudahkan mereka untuk melakukan kebaikan, yaitu orang-orang yang melaksanakan shalat dan menjaganya baik waktu dan tatacara pelaksanaannya.
b.      Melarang pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar
Allah berfirman
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُون.
“Dan laksanakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar”. Al Ankabut 45
Ayat ini menjelaskan bahwa efek dari menjalankan shalat adalah manusia sanggup meninggalkan tindakan kekejian atau zina dan kemungkaran. Hal ini sebagaimana atsar yang diriwayatkan Ibnu Abbas yang dinukil oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsir beliau.[5]
"مَنْ لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر، لم تزده من الله إلا بعدا"
“barang siapa yang shalatnya belum mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar, tidaklah bertambah apapun kecuali jauh dari Allah”.
c.       Menjadi wasilah meminta pertolongan Allah
Allah berfirman
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ (45)
“Mintalah pertolongan kepada Allah dengan wasilah shalat dan sabar. Sesungguhnya shalat itu sangat berat dilakukan kecuali orang-orang yang khusu’” (Q.S: Al Baqarah 45)
Muqotil berkata: mintalah pertolongan untuk mendapatkan akhirat dengan kesabaran menjalankan kewajiban dan shalat. Dan ada yang berpendapat bahwa kesabaran adalah menahan diri dari melakukan kemaksiatan untuk itu ia dihubungkan dengan amalan ibadah dan yang paling tinggi adalah shalat. Berkenaan dengan tafsir ayat ini, Ibnu Katsir menukil perkataan Umar bin Khatab yang diriwayatkan oleh Abi Hatim.[6] Ia berkata:
الصبر صبران: صبر عند المصيبة حسن، وأحسن منه الصبر عن محارم الله.
“kesabaran ada dua: sabar ketika terkena musibah dan itu baik, dan yang lebih baik adalah sabar dalam meninggalkan sesuatu  yang diharamkan Allah”.
d.      Shalat sebagai cara untuk berdzikir
Allah berfirman
 وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي (14)
“dan laksanakan shalat untuk mengingat-Ku” (QS. Thoha : 14)
Hikmah shalat yang terakhir dalam pembahasan ini adalah sarana untuk mengingat Allah dan sebagai ketundukkan kita kepada Allah.
4.      Kesimpulan
Bagian dari tanda kesempurnaan Islam, Allah mensyari’atkan ibadah shalat sehari lima kali. Ibadah yang berkesinambungan dan melatih seorang muslim untuk berperilaku dan berfikiran baik. Inilah konsep shalat yang perlu dipahami seorang muslim sehingga dia bisa menjadi pribadi yang tangguh.























Referensi
1.      Anas Ismail Abu Dawud, Dalilus saailin, Maktabah Malik Fahad, Arab Saudi 1416 H.
2.      Drs. Abdullah Aly dan Drs Syamsul Hidayat, Ubudiyah, Lembaga pengembangan ilmu-ilmu dasar (LPID) Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2006. Hal 35.
3.      Abu Bakar Jabir Al Jazairi, Minhajul Muslim (terjemahan), Darul Falah, Jakarta Timur, 2007.
4.      Al Qur’anul Karim, Darus Salam, Kairo, Mesir.
5.      Tafsir Ibnu Katsir (dalam maktabah syamilah)







[1] (Anas Ismail Abu Dawud, Dalilus saailin, Maktabah Malik Fahad, Arab Saudi 1416 H hal 400).
[2] (Drs. Abdullah Aly dan Drs Syamsul Hidayat, Ubudiyah, Lembaga pengembangan ilmu-ilmu dasar (LPID) Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2006. Hal 35).
[3] (Abu Bakar Jabir Al Jazairi, Minhajul Muslim (terjemahan), Darul Falah, Jakarta Timur, 2007).

[4] Ibnu katsir, tafsir Qur’anul Adhim, juz 2 hal 403
[5] Ibnu katsir, tafsir Qur’anul Adhim, juz 6 hal 244
[6] Ibnu katsir, tafsir Qur’anul Adhim, juz 1 hal 88

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Tinggi Bahasa Arab

Kegiatan Dakwah Masjid Zakaria

Info UMS